CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 23 Agustus 2011

LAPORAN 18 Juli 2011


LAPORAN PENUGASAN
Rubrik            :           EKONOMI/SOSIAL/BUDAYA
Masalah          :           Lahirnya “Beras” Singkong
Angle              :           Bagaimana Sikap Pemerintah untuk menyosialisasikan produk ‘baru’                                     ini, di tengah ketergantungan masyarakat akan ‘budaya’ beras?
Narasumber   :           Prof. Dr. Purwiyatno Hariyadi
Oleh                :           Winda Destiana
Dari Jawa Timur terbetik kabar menggembirakan, Dr. Achmad Subagio doctor pertanian lulusan Jepang dan peneliti dari Universitas Negeri Jember berhasil menciptakan sumber bahan pangan pokok baru berupa “BERAS” dari bahan MOCAF (Modified Cassava Flavour) yang berbahan baku tepung singkong. Direncanakan, Agustus mendatang temuan ini akan diluncurkan secara resmi.
Temuan ini patut disyukuri, terlebih terkait dengan soal Ketahanan Pangan Nasional Indonesia yang amat sangat bergantung pada ‘budaya’ beras, menjadikan bangsa Indonesia sebagai ‘pemakan beras’ tergembul di dunia, sementara produksi beras dalam negeri cenderung selalu menurun karena sawah-sawah terus bersalin rupa menjadi lahan peruntukan lain. Dengan populasi penduduk yang terus bertambah, Indonesia lantas tampil sebgaai bangsa pengimpor beras terbesar dunia. Sementara itu, sumber bahan pangan pokok lain yang melimpah di Indonesia terpinggirkan karena dianggap sebagai bahan pangan kelas II.
Lalu bagaimana pendapat Prof. Dr. Purwiyatno Hariyadi selaku Direktur Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST CENTER) menanggapi wacana ini. Berikut petikan wawancara dengan beliau di Gedung Seafast Center, Jln. Puspa No.1 Kampus IPB Dramaga, Bogor – Jawa Barat, Senin 18 Juli 2011.

Apa pendapat Anda tentang singkong, MOCAF, dan ‘beras’ MOCAF ini?
MOCAF itu sebenarnya dari tepung singkong yang dimodifikasi. Hal ini dilakukan supaya dia lebih mirip atau lebih compatible dengan tepung terigu atau beras padi pada umumnya sehingga bisa digunakan. Kalau tepung singkong ini atau beras singkong ini tidak dimodifikasi, akan terjadi perbedaan warna dan bau yang tidak menarik untuk dikonsumsi. Sekarang, temuan itu bisa dipakai apa? Jadi, sebagai tepung, bisa dipakai untuk membuat bahan pangan apa saja. Tidak hanya singkong, namun ubi jalar, jagung dan bahan pangan lainnya, sama saja. Jadi mau dibuat adonan lalu dibentuk menjadi bentuk apa saja menyerupai beras atau jagung sekalipun ya bisa saja. Intinya adalah temuan ini bisa dijadikan alternatif, bisa digunakan untuk proses pengolahan pangan. Sehingga kita tidak harus tergantung kepada tepung-tepung atau bahan pangan yang sudah ada pada umumnya.

Mungkinkah temuan baru ini dijadikan pengganti ataupun mitra-beras (padi) sebagai makanan pokok?
Saya rasa tidak perlu mengganti ya! Cukup dijadikan sebagai pelengkap saja. Karena nanti lama-lama masyarakat sudah terbiasa mengenal penemuan itu sebagai salah satu alternatif ketika mereka menyusun menu yang akan mereka makan nantinya. Kalau makan makanan yang sama terus kan bosan. Di dalam gizi itu penting variasi makanan yang akan menjadi asupan kita sehari-hari. Agar semua yang dibutuhkan pada tubuh ini bisa tercukupi.

Lalu, bagaimana dengan kandungan-kandungan yang terdapat di dalamnya?
Nah itu salah satu kelemahan dari MOCAF, jika hanya MOCAF saja tidak digabung dengan bahan pangan lain, protein yang terkandung sangat sedikit. Karena tubuh membutuhkan lebih dari 50 persen protein. Kandungan protein beras tentu tinggi. Dibandingkan dengan singkong ini. Dan setelah menjadi nasi atau bubur, dengan nasi yang normal itu kadar proteinnya bisa sekitar 3 persen. Kalau hanya singkong saja, tidak mencukupi kadar protein tersebut. Nah jika singkong ini dijadikan sumber energi dan kalori sih oke. Tetapi jika dijadikan sumber protein, mungkin perlu tambahan. Mungkin bisa ditambah dengan kacang-kacangan atau bahan pangan lain ya. Tetapi sebagai alternatif bahan kalori harus dipromosikan. Dan tergantung dari pemasaran yang akan memasarkan produk itu. Contohnya ini, bahan dasar mie yang saya pernah buat ini adalah dari jagung. Lalu apakah singkong juga bisa dibuat menjadi macam-macam, seperti mie, bubur dan bahan pangan lain, ya bisa saja. Tetapi dari segi kandungan dan hasil akhir dari produk akan jelas berbeda dengan bahan pangan seperti jagung, ubi jalar dan kacang-kacangan misalnya.

Menurut Anda, apa yang harus dilakukan Pemerintah terkait penemuan baru ini di bidang pangan?
Langkah yang paling penting dilakukan oleh Pemerintah adalah pendistribusian. Harus ada yang bisa membuatnya. Kalau tidak ada, ya berhenti di tempat. Masyarakat sudah mulai merasakan penemuan baru ini, namun mereka tidak tahu dimana mendapatkannya ya sama saja. Hanya akan berjalan di tempat! Jangan hanya sekedar temuan tetapi tidak dikembangkan dan di distribusikan! Jadi itulah peranan pemerintah dalam hal ini. Mendorong distribusi ini dengan cara apapun. Karena mereka perlu mengenalkan penemuan ini kepada masyarakat luas. Kalau engga, ya hanya sebatas penemuan biasa yang diperkenalkan ketika pameran, PKK, acara-acara tertentu di biang pangan, seminar pangan dan sebagainya. Masyarakat luas pun perlu diperkenalkan akan temuan baru ini. Harus ada yang menjadikan penemuan ini secara industri, agar jika ada masyarakat mencari, mudah mendapatkannya. Mungkin bisa dibuatkan iklan. Tetapi hal itu membutuhkan biaya yang sangat mahal. Jadi kalau pemerintah atau kita ingin membuat produk harus ada yang mengindustrikan. Jadi sebenarnya itu inti dari penemuan MOCAF ini. Nah, karena masyarakat kita sudah terbiasa dengan beras, tidak hanya itu, mereka juga terbiasa dengan rice cooker, dengan penanak-penanak nasi seperti itu, maka temuan baru itu bagaimana nantinya kalau dibuat menyerupai bentuk beras. Penemuan ini tidak hanya unik, malahan dulu ada penemuan beras TEKAD, gabungan dari ketela, kacang dan kedelai yang dicampur jadi satu sehingga ada proteinnya. Nah itu salah satu kelemahan dari MOCAF, jika hanya MOCAF saja tidak digabung dengan bahan pangan lain, protein yang terkandung sangat sedikit. Karena tubuh membutuhkan lebih dari 50 persen protein. Kandungan protein beras tentu tinggi. Dibandingkan dengan singkong ini. Dan setelah menjadi nasi atau bubur, dengan nasi yang normal itu kadar proteinnya bisa sekitar 3 persen. Kalau hanya singkong saja, tidak mencukupi kadar protein tersebut. Nah jika singkong ini dijadikan sumber energi dan kalori sih oke. Tetapi jika dijadikan sumber protein, mungkin perlu tambahan. Mungkin bisa ditambah dengan kacang-kacangan atau bahan pangan lain ya. Tetapi sebagai alternatif bahan kalori harus dipromosikan. Dan tergantung dari pemasaran yang akan memasarkan produk itu. Contohnya ini, bahan dasar mie yang saya pernah buat ini adalah dari jagung. Lalu apakah singkong juga bisa dibuat menjadi macam-macam, seperti mie, bubur dan bahan pangan lain, ya bisa saja. Tetapi dari segi kandungan dan hasil akhir dari produk akan jelas berbeda dengan bahan pangan seperti jagung, ubi jalar dan kacang-kacangan misalnya.  Apakah nanti bis amengganti? Menurut saya tidak perlu mengganti, dijadikan sebagai pelengkap saja. Kalau untuk menggantikan, say rasa tidak perlu, karena nanti lama-lama masyarakat sudah terbiasa mengenal penemuan itu sebagai salah satu alternatif ketika mereka nanti menyusun menu yang akan mereka makan nantinya. Kalau makan makanan yang sama terus kan bosan. Di dalam gizi itu penting variasi makanan yang akan menjadi asupan kita sehari-hari. Agar semua yang dibutuhkan pada tubuh ini bisa tercukupi. Dan yang paling penting lainnya adalah pendistribusian. Harus ada yang bisa membuatnya. Kalau tidak ada, yaberhenti di tempat. Masyarakat sudah mulai merasakan penemuan baru ini, namun mereka tidak tahu dimana mendapatkannya ya sama saja. Hanya akan berjalan di tempat saja. Jangan hanya sekedar temuan tetapi tidak dikembangkan dan di distribusikan! Jadi itulah peranan pemerintah dalam hal ini. Mendorong distribusi ini dengan cara apapun. Karena mereka perlu mengenalkan penemuan ini kepada masyarakat luas. Kalau engga, ya hanya sebatas penemuan biasa yang diperkenalkan ketika pameran, PKK, upacara, seminar pangan dan sebagainya. Masyarakat luas pun perlu diperkenalkan. Harus ada yang menjedikan penemuan ini secara industri, agar jika ada masyarakat mencari, mudah mendapatkannya. Mungkin bisa dibuatkan iklan. Tetapi dengan biaya yang mahal. Jadi kalau pemerintah atau kita ingin membuat produk harus ada yang mengindustrikan. Itu penting sekali. Kalau kita bicara tentang Ilmu Gizi, mau tidak mau kita harus variasi menu. Jadi tidak ada istilah makanan yang jelek di dalam dunia Gizi. Yang ada itu menu yang jelek, menu yang junk, menu yang bad! Buat saya penemuan ini tidak masalah, saya setuju saja, tetapi bukan berarti menjadi pengganti pangan, bisa dijadikan penganekaragaman pangan. Untuk memberikan alternatif, karena sebagai banyak alternatif semakin banyak variasi. Jadi masyarakat tidak harus bergantung dengan produk pangan yang itu-itu saja.

Buat saya penemuan ini tidak masalah, saya setuju saja, tetapi bukan berarti menjadi pengganti pangan, penemuan ini bisa dijadikan penganekaragaman pangan. Untuk memberikan alternatif, karena sebagai banyak alternatif semakin banyak variasi. Jadi masyarakat tidak harus bergantung dengan produk pangan yang itu-itu saja.

0 komentar:

Posting Komentar