CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 23 Agustus 2011

LAPORAN 13 Agustus 2011


LAPORAN PENUGASAN
Rubrik            :           Serba-serbi
Masalah          :           Merah Putih di Dadaku
Angle              :           Pengalaman nyata selebritas politik dengan Bendera Merah                                           Putih
Narasumber   :           Meutya Hafid
Oleh                :           Winda Destiana
Bendera Merah Putih adalah simbol Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang kedudukannya disahkan undang-undang. Seberapa jauh, kita sebagai warga negara memahami nilai-nilai Merah Putih?
Berikut petikan wawancara dengan menggunakan surat elektronik bersama Meutya Hafid, mantan Jurnalis Metro Tv yang sekarang menjadi selebritas politik dari Partai Golkar dan kini menduduki kursi di parlemen, Sabtu 13 Agustus 2011. Dengan gamblang, politikus muda yang berasal dari partai berlambang beringin itu menceritakan bagaimana kenangan nya bersama Merah Putih.

Apa arti Merah Putih bagi Anda?
Simbol negara, simbol harga diri bangsa ini, simbol pemersatu, simbol dari keberadaan kita semua saat ini di Indonesia.

Kapan pertama kali tahu tentang keberadaan bendera Merah Putih?
Hmm.. Saya lupa persisnya kapan, tapi jelas dari sangat kecil. Jaman dulu TK masih jarang taman kanak-kanak internasional seperti sekarang. Saya beruntung ikut taman kanak-kanak di kompleks Universitas Hasanudin Makassar, saya rasa di sanalah pertama saya faham. 

Kapan pertama kali ikut upacara bendera? Kapan terakhir? Dan bagaimana kesan-kesannya? Bisa diceritakan hal-hal menarik tersebut?
Pertama kali mungkin ketika SD ya.. Saya lupa di TK ada upacara bendera atau tidak hehe..
Terakhir, hmm..2 tahun lalu.. Ketika itu sebagai perwakilan dari media, diundang untuk hadir 17an di istana. Suasananya haru sekali. Menyenangkan melihat merah putih dikibarkan, didampingi Bendera pusaka.
Ketika tidak ikut upacara secara langsung, saya pun hobi menonton laporan langsung pengibaran bendera melalui televisi. Selain karena dulu sebagai wartawan kerap kebagian meliput 17an, juga karena upacara pengibaran bendera dan detik detik proklamasi saya nilai selalu mampu membakar semangat saya.
Saya punya sedikit cerita tentang upacara bendera, ketika usia SD saya sempat agak trauma dengan upacara bendera. Ketika kecil saya sering mimisan, menurut dokter itu sudah bawaan terutama jika terkena panas. Sehingga sering sekali di tengah upacara, saya mendadak mimisan, atau pingsan. Jadi ketika itu teman dalam barisan upacara yang dekat dengan saya, sudah faham, mereka siap menahan badan saya jika tiba-tiba saya terjatuh. Hehhe.

Upacara bendera yang paling mengesankan buat Anda, yang mungkin masih teringat sampai saat ini, dan kapan kejadian tersebut?
Saya tengah meliput di Aceh. Dalam kondisi darurat militer. Kalau tidak salah 17 Agustus 2003, lokasi Blang Padang, Banda Aceh. Menegangkan, karena ketika itu ada kekhawatiran akan ada reaksi dari pihak GAM. Alhamdulillah semua berjalan aman. Cukup mengharukan karena di tahun tahun sebelumnya sangat sulit untuk mengibarkan merah putih di daerah pemukiman. Karena hampir semua takut. Tahun itu, masyarakat Aceh mulai berani mengibarkan tanpa sembunyi-sembunyi di pekarangan rumah mereka.

Menurut Anda, upacara bendera itu masih perlu atau tidak? Alasannya?
Ibaratnya ibadah, tidak cukup dengan niat, ucapan, tindakan sehari-hari, tapi juga perlu ritual. Begitu juga saya lihat nasionalisme, dia tidak cukup ditunjukan dengan niat dan semangat, ucapan dan tindakan sehari hari. Tapi juga diwujudkan dalam upacara, sebagai simbolisasi perwujudan dari rasa nasionalisme kita.

Di rumah, pasti Anda mempunyai bendera Merah Putih, berapa banyak? Darimana Anda mendapatkannya?
Punya dong. Berapa banyaknya saya tidak tau pasti. Yang jelas kalau warnanya sudah sedikit memudar, biasanya beli baru lagi.

Menurut Anda, bagaimana menciptakan rasa nasionalisme cinta tanah air dalam rangka menjelang HUT RI pada tanggal 17 Agustus nanti, khususnya untuk para pemuda-pemudi Indonesia?
Begini, nasionalisme bukan sesuatu yang bisa diciptakan. Ia harus dipupuk. Dari awal, dan secara berkesinambungan. Jadi agak sulit jika ingin secara instant menghadirkan rasa nasionalisme pada pemuda pemudi kita jika dari kecil dan secara berkala mereka tidak dipupuk dengan rasa nasionalisme tersebut. Jadi pendidikan awal di keluarga, atau di sekolah dasar, harus ditingkatkan terkait hal ini.
Meskipun demikian saya yakin belum terlambat bagi pemuda pemudi. Saya rasa saluran terbaik bagi mereka untuk lebih mencintai dan bangga menjadi pemuda pemudi Indonesia adalah ketika mereka diberikan kesempatan seluas luasnya untuk berkarya. Di bidang apapun. Industri film, musik, prestasi di olimpiade fisika dan matematika, organisasi pemuda dan pemudi, apapun itu. Tapi pemerintah harus mendukung dan memberi ruang agar aspirasi, karya dan bakat mereka tersalurkan dengan baik.

Apa harapan Anda untuk Indonesia yang lebih baik menjelang  HUT RI pada tanggal 17 Agustus nanti?
Harapan untuk Indonesia yang 'lebih baik' bagi saya amat relatif atas waktu. Artinya bisa berbeda di tahun 1945, lebih baik mungkin artinya 'kemerdekaan' dan kebebasan. Di tahun 1998, lebih baik dapat berarti pers yang lebih bebas, untuk mendukung transparansi di Indonesia. Untuk 2011 ini, harapan saya Indonesia yang lebih baik adalah bangsa yang kembali ke moral dan etika, dalam segala lini. Semisal di politik, pendidikan, terutama di bidang ekonomi. Misalnya ekonomi yang bermoral mengutamakan hak-hak rakyat atas anggaran (people's right to budget) terlaksana dengan baik, bukan sebaliknya. Kadang saya gemas sendiri setiap membahas APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sering terlupa bahwa sebenarnya yang diatur dalam APBN itu adalah sepenuhnya hak rakyat. Mungkin harusnya kita ganti saja namanya, menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Rakyat ya. Agar setiap kita merancang setiap sen dlm APBN, kita faham itu adalah hak rakyat. 

0 komentar:

Posting Komentar