CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 07 November 2011

NOWHERE BOY

Europe on Screen (Old and Young)
 “I love you, you are my dream, don’t forget it!!!”
Penggalan kalimat di atas adalah ungkapan sayang seorang wanita paruh baya kepada anak laki-laki dari pernikahan sebelumnya, anak itu adalah John. John Lennon adalah seorang remaja kesepian yang cerdas dan penuh keingin tahuan yang tumbuh di kota Liverpool. John hidup dan dibesarkan oleh Mimi, bibi yang membesarkannya setelah Julia, ibu kandung yang menelantarkannya ketika ia masih kanak-kanak. Suasana perceraian kedua orang tuanya selalu terekam di benak John, tak ayal ia pun sering memimpikan saat mereka bertengkar di pengadilan dan kemudian memutuskan untuk bercerai.
Suatu ketika, John datang untuk menemui Julia. Julia yang rindu akan kehadiran John setelah sekian tahun lamanya tidak bertemu, membuatnya sangat memanjakan John. Julia mengajarkan John  bagaimana bermusik, bermain gitar dan mereka bernyanyi bersama. Tak hanya itu, kerinduan yang mendalam akan John, membuat Julia menomor satukan John dibandingkan dengan kedua putrinya hasil dari pernikahan kedua setelah bercerai dengan Ayah John. John yang merasa kesepian dan menginginkan kasih sayang yang utuh dari keluarga normal, memilih untuk bermusik sebagai pelariannya. Hingga pemuda resah ini kemudian bertemu dengan musisi-musisi muda yang dapat mengimbangi kejeniusannya pada diri Paul McCartney dan George Harrison.
Keadaan ini lama kelamaan dapat tercium oleh Mimi. Terjadilah keributan diantara mereka akan pengasuhan John. Mimi yang tak ingin John, keponakan yang dirawatnya dari kanak-kanak, begitu saja meninggalkannya dan kembali ke pelukan Julia, wanita yang dulu meninggalkan John. Tak hanya itu, fakta lain mengatakan bahwa perceraian yang terjadi dulu adalah murni kesalahan Julia, yang tidak bisa menjaga kehormatan rumah tangganya sehingga ia memilih untuk membagi cintanya dengan laki-laki lain.
John dilemma, ia merasa dibohongi oleh kanyataan yang terjadi di hadapannya. Ia tak menyangka bahwa ibu kandungnya tega menghancurkan keluarga yang telah dibangunnya bersama Ayah John. Hingga akhirnya Mimi, yang notabene adalah kakak kandung Julia, mengasuh dan mengambil alih dirinya dari kedua orang tua kandungnya tersebut.
Pada akhirnya Julia dan Mimi bersatu kembali. Mereka sama-sama menyayangi John, dan ingin merawat John bersama-sama. Julia dengan kehidupan barunya ditambah John, dan Mimi dengan kehidupannya yang dari awal sudah bersama dengan John. Namun saat kebahagiaan itu datang, John harus mendapatkan kenyataan pahit lagi. Julia tewas tertabrak mobil saat pulang dari berkunjung ke rumah Mimi. John depresi, baru saja ia mereguk kasih sayang yang selama ini diimpikannya, terpaksa harus menghadapi kenyataan ia harus kehilangan Julia untuk selamanya. Namun, berkat dukungan dari teman-teman band nya, John bisa berdamai dengan dirinya sendiri.
Itulah Nowhere Boy, drama ini keseluruhan mengisahkan masa muda John Lennon dari tahun 1955 hingga tahun 1960 dan awal perjalanannya menjadi musisi yang sukses. Film ini menelusuri hal-hal yang memengaruhi hidupnya, termasuk kepribadian dua perempuan yang mendominasi masa kecilnya, Mimi—bibi yang membesarkannya, dan Julia, ibu yang pernah menelantarkannya. Film besutan sutradara Sam Taylor-Wood yang diperankan oleh Kristin Scott Thomas, Anne-Marie Duff dan Aaron Johnson ini berdurasi 98 menit, film ini menjadi film pembuka pada Festival Film Eropa 2011 di Jakarta. Acara ini berlangsung di Epicentrum Rasuna Said, 04 November 2011 dari jam 19.00-selesai.
Festival ini dibuka untuk umum pada 05 November 2011 hingga 11 November 2011. Festival Film Eropa yang dikenal dengan Europe on Screen (EoS), adalah sebuah festival yang menjadi jendela untuk menyaksikan budaya Eropa lewat beragam film dan sarana bagi penonton untuk mengembangkan apresiasi terhadap film-film di luar arus besar. Tahun ini memasuki penyelenggaraan kelima dengan tema Old and Young Europe. Tema ini menyorot dinamika benua Eropa yang sarat dengan sejarah dan tradisi namun tidak luput dari pembaruan di berbagai bidang, disajikan melalui 24 film panjang dan 1 film pendek dari 21 negara-negara Eropa yang diproduksi dalam rentang waktu lebih dari dua dekade.
Diharapkan, film Eropa ini nantinya juga mampu menembus pasar industry perfilman yang lebih baik dan mampu bersaing dengan Holywood. Menurut Zakiah, Artistic Director acara ini menuturkan, bahwa Negara-negara seperti Italia dan Jerman, sudah sangat mendukung sekali jika Film Eropa ini masuk ke dalam jajaran film-film Box Office yang dikeluarkan oleh Holywood, namun ternyata, tidak semua Negara di Uni Eropa sadar akan pentingnya film dalam kebudayaan mereka. Masih terdapat beberapa Negara yang acuh akan kesempatan emas ini. Diharapkan, tahun selanjutnya akan ada perkembangan signifikan dari Negara-negara Uni Eropa, hingga nantinya siap bersaing di industry perfilman.
BOX:
Ini adalah Festival Film Eropa ke lima yang diadakan oleh seluruh persatuan Negara-negara Uni Eropa.
Festival Film ini akan diputar di Erasmus Huis, GoetheHaus, Istituto Italiano di Cultura, Institut Français Indonesia dan Kineforum Jakarta Arts Council.

 


Kamis, 03 November 2011

Ubiet - Dian HP

 

Kau Angin

Semula aku sangka kau gelombang..

Tapi setiap kali aku renangi..

Kau menggasing bagai angin..

Peluh membuncah dan ruh tubuh gelisah..

Adalah ibadah bagi cinta tak berjamah..

Di situ, kunikmatkan teduhmu..

Sesekali sebelum kau berhembus pergi..

Aku buru suara seruling di jauhan..

Yang kutemu dedahan bergesekan..

Aku termangu tertipu gerakmu..

Sehening batu di kedalaman rinduku..

Kini aku tahu, tak perlu memburumu..

Kau hidup di dalam dan di luar diriku..

Tak berjarak namun terasa jauh..

Teramat dekat namun tak tersentuh..

Jika benar kaulah angin itu..

Semauku akan kuhirup kamu..

Dalam jantung yang berdegup..

Kau gairah baru bagi hidup..

Mengalirlah darah, mengalir..

Dalam urat nadi cintaku..

Karenamu, kekasihku!


Dinding teater Salihara terasa bergetar. Udara seisi ruangan menjadi sangat dingin, begitu mendengar perpaduan suara emas Ubiet dan lantunan musik yang dibawakan oleh Dian HP malam itu. Puisi berjudul Kau Angin karya Sitok Srengenge diatas berhasil membuat penonton bergidik. Perpaduan yang melankolis berhasil diciptakan oleh pasangan duet malam itu. Menghipnotis penonton untuk menitikkan air mata ketika mendengar bait per bait yang terlantun.


Sebanyak 8 puisi berhasil dibawakan dengan syahdu oleh Dian HP dan friends malam itu. Tak hanya karya Sitok, ada pula syair karya Nirwan Dewanto berhasil di melodikan. Pentas tafsir musik atas sastra ini diadakan di Teater Salihara, Minggu 09 Oktober 2011.


Dian HP adalah pemain piano dan akordion, pencipta lagu, produser juga penata musik. Bersama Nyak "Ubiet" Ina Raseuki, ia meluncurkan komposisi delapan cinta, album musik berdasarkan puisi Sitok Srengenge dan Nirwan Dewanto. Selain Dian, acara ini juga dibantu oleh 2 komposer lainnya, yaitu Gatot Danar Sulistiyanto dan Matius Shan Boone. Gatot Danar Sulistiyanto adalah komposer yang juga aktif dalam berbagai bentuk kesenian. Ia tergabung dalam Music Teatrica Nova, sebuah kelompok seni multimedia. Gatot telah membuat komposisi musik berdasarkan puisi karya Amir Hamzah yang bertajuk "Sunyi itu duka" dan "Rasa dosa" karya Soebagio Sastrowardoyo serta "Bukan beta bijak berperi" dan "Pucuk Kayu" karya Roestam Effendi. Sedangkan Matius Shan Boone mulai dikenal di dunia komposisi musik baru karena karyanya yang berjudul "Balungan", untuk gamelan slendro, dibawakan oleh Ensemble Gending. Di acara ini Matius menafsirkan puisi Amir Hamzah, "Padamu Jua" dan puisi Soebagio Sastrowardoyo "Adam di Firdaus".


Festival Film Eropa 2011

OLD and YOUNG EUROPE

Festival Film Eropa 28 Oktober - 24 November 2011
Festival Film Eropa yang dikenal dengan Europe on Screen (EoS), sebuah festival yang menjadi jendela untuk menyaksikan budaya Eropa lewat beragam film dan sarana bagi penonton untuk mengembangkan apresiasi terhadap film-film di luar arus besar, tahun ini memasuki penyelenggaraan kelima dengan tema Old and Young Europe. Tema ini menyorot dinamika benua Eropa yang sarat dengan sejarah dan tradisi namun tidak luput dari pembaruan di berbagai bidang, disajikan melalui 24 film panjang dan 1 film pendek dari 21 negara-negara Eropa yang diproduksi dalam rentang waktu lebih dari dua dekade. Keseluruhannya terbagi dalam beberapa seksi film: Against the Odds, Crime and Misdemeanour, Family Affairs, Songs of Survival, Sprinkles of Laughter. Tahun ini EoS juga mempersembahkan 9 film pendek Indonesia terbaik melalui EoS Short Film Competition.
Europe on Screen 2011 akan berlangsung di:
Yogyakarta 28-29 Oktober: LIP
Bandung 1-2 November: CCF
Jakarta 4-11 November: Erasmus Huis, GoetheHaus, Istituto Italiano di Cultura, Institut Français Indonesia, Kineforum Jakarta Arts Council
Denpasar 12-13 November: Alliance Française
Banda Aceh 14-18 November: Europe House
Surabaya 19-20 November: CCCL
Semarang 23-24 November: Universitas Diponegoro
The Old and Young Europe sengaja hadir di kota-kota tersebut karena lembaga-lembaga budaya Eropa berada disana. Hal ini dilakukan agar tujuan mereka mengenalkan film-film Eropa ke daerah selain Jakarta bisa tercapai. Sangat diharapkan sekali pada festival tahun ini target sekitar enam ribu audience akan terpenuhi. Sama seperti tahun sebelumnya.  Target penonton harus diatas usia 18 tahun, karena secara keseluruhan film yang akan diputar merupakan film-film drama untuk dewasa.



Dalam film yang diputar di Kine Forum Jumat 28 Oktober 2011 kemarin berjudul LO SPAZO BIANCO atau yang dalam bahasa Inggris The White Space. Film buatan Italia berdurasi 96 menit ini dipilih karena intensitasnya tentang perasaan keibuan. Banyak bayi yang lahir kemudian diabaikan dan merasa kesepian karena sang Ibu tidak mau menerima tanggung jawabnya. Di Italia sendiri banyak orang yang mengalami sindrom kehamilan pertama atau yang lebih dikenal baby blues syndrome. Masa seperti ini adalah masa sulit bagi sang ibu, sekaligus juga menandakan ketidakdewasaan seseorang.
Maria diperankan dengan sangat meyakinkan oleh Margherita Buy, seorang janda paruh baya berjiwa bebas, pengajar bahasa italia di Napoli yang hidup semaunya. Tanpa aturan dan bebas. Akan tetapi semua mendadak berubah, ketika pada suatu kesempatan ia mengenal seorang laki-laki yang telah memiliki seorang anak di sebuah bioskop. Hubungan mereka awalnya mengalir lancar tanpa hambatan, namun setelah  hubungannya berujung pada kehamilan tidak terencana dan kelahiran prematur bayi perempuan, semua seakan berubah. Laki-laki tersebut pergi meninggalkan Maria dan bayinya, bayi mereka begitu saja. Tanpa rasa iba dan pertanggung jawaban. Merasa tidak lagi mampu mengontrol situasi, Maria menarik diri, merasa takut saat berada di kelas bahasa Spanyol yang ia ajarkan, dan selalu mengucilkan dirinya sendiri. Maria sangat depresi dan tidak tahu harus berbuat apa. Bayang-bayang laki-laki tidak bertanggung jawab tersebut selalu menghantui pikirannya. Ingin ia mencari laki-laki tersebut, namun keinginan hanya sebatas keinginan, Maria tidak ingin mendapati kenyataan, laki-laki tersebut malah justru tidak menerima ia dan bayi kecil mereka, yang masih harus berjuang bertahan hidup dalam ruang inkubator.  Sampai akhirnya ia bangkit, melawan rasa kesepian dan kesedihannya sendiri, ia harus belajar hidup kembali demi anaknya yg rapuh. Anaknya yang sangat membutuhkan dirinya.
LO SPAZIO BIANCO (The White Space)
Italy 2009 Drama 96 minute, italian with english subt.
Director: francesca comencini
Cast: margherita buy, gaetano bruno, giovanni ludeno, antonia truppo, guido caprino 

Selasa, 11 Oktober 2011

Laporan 08 Oktober 2011 part 2

10 Tahun Q! Film Festival 2011:
Born This Way!

Q! Film Festival (Q!FF) kembali hadir di Jakarta untuk ke sepuluh kalinya pada tanggal 30 September 8 Oktober 2011. Festival film bertemakan LGBTIQ, Hak Asasi Manusia (HAM) dan HIV/AIDS ini diselengarakan oleh Q-munity, organisasi nirlaba yang bergerak di dunia seni. Awalnya ide festival film ini lahir dari beberapa orang jurnalis freelance pecinta film dimana mereka ingin membuka wacana dan memberi pilihan film non-mainstream (non Hollywood) bagi penggemar film di Indonesia. Ide ini direalisasikan pada tahun 2002 dengan nama Q! Screenings. Berjalan dengan waktu, Q! Screenings berubah menjadi Q! FilmFestival, yang tidak hanya memutar film, tapi juga memberi kesempatan pada seniman untuk berkarya di ajang Q! Exhibition, para penulis untuk bersuara di Q! Literature, nge-gosip hal-hal seru sambil tambah ilmu di Q! Gossip atau kesempatan bertukar pikiran dengan sutradara nasional dan internasional di sesi Q&A pada akhir pemutaran film.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Q!FF 2011 kembali didukung teman-teman setia baik dari kantung seni budaya (Kineforum, Komunitas Salihara, Galeri Foto Jurnalistik Antara), pusat kebudayaan asing (Erasmus Huis, Centre Culturel Francais, Japan Foundation), NGO HAM (Arus Pelangi, Kontras), LBH Jakarta, YLBHI, LBHM, kedutaan besar Kroasia, Komisi Uni Eropa, Komnas HAM, dan Komans Perempuan sampai dukungan individual dari tokoh industri film di Indonesia seperti Nia Dinata, Lola Amaria, Ria Irawan, Lucky Kuswandi, Paul Agusta.
Salah satu film yang diputar adalah 'Goddag Mit Navn Er Lesbisk' disutradarai oleh Iben Haahr Andersen dan Minna Grooss. Film yang diproduksi di Denmark pada tahun 2009 ini menceritakan tentang segala sesuatu kehidupan tentang kaum lesbi di negara Jerman dari tahun ke tahunnya. Bagaimana kehidupan mereka bersama pasangan sejenisnya. Bagaimana seks yang mereka lakukan sampai mereka memiliki anak seperti kehidupan normal pasangan beda jenis. Tentunya, untuk masalah keturunan, mereka harus menempuh cara pendonoran sperma, atau pembuahan sperma yang ditanamkan pada salah satu dari pasangan sejenis tersebut. Bagaimana mereka saling berinteraksi dengan sesama para lesbian lain. Pernikahan mereka pun tetap berjalan seperti layaknya pasangan beda jenis lainnya. Melakukan pemberkatan di gereja, setelah itu berdansa seperti halnya pengantin pada umumnya. 
Selain film tersebut, ada satu film pendek berdurasi sekitar 10 menit berjudul 'How To Make a Heartbeat'. Disutradarai oleh Rick Dillwood dan diproduksi di Amerika pada tahun 2009. Film ini masih mengangkat tentang kehidupan lesbi Amerika Serikat yang ingin mempunyai keturunan. Dengan gamblang mereka mengutarakan niat mereka kepada dokter spesialis kandungan. Usaha yang dilakukan adalah dengan memasukkan tabung sperma kepada rahim dari salah satu pasangan tersebut yang ingin merasakan bagaimana kehamilan itu terjadi. Prosesnya sama seperti wanita yang sedang hamil, menunggu kehamilan selama sembilan bulan baru lah kemudian mereka bisa memiliki keturunan. Meskipun sangat tidak mungkin jika mereka orang tua biologis si janin, akan tetapi masih ada cara lain untuk para pasangan sejenis yang tetap ingin memiliki keturunan.
Meskipun sempat menghadapi respon keras dan ancaman dari kalangan fundamentalis, ekstrimis dan relijius di tahun lalu, Q!FF 2011 tetap akan menghadirkan lebih dari 100 film (Film Feature, Dokumenter dan Short) yang berasal dari kurang lebih 25 negara dari seluruh dunia. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kini Q!FF memiliki dua festival direktur: Meninaputri Wismurti dan Ahmad Hally.
Jika segala sesuatu dipandang dari kacamata yang salah, persepsi pandangan pun akan salah. Namun jika dilihat dari kacamata yang benar, mungkin demo yang terjadi pada tahun lalu di Goethe Institute tidak akan terjadi. Seni dan kebudayaan, tidak bisa selalu diselaraskan dengan agama. FPI menganggap Q!FF ini telah menyebarkan informasi-informasi yang bertentangan dengan islam, seperti memutarkan film berunsur kehidupan para gay dan lesbi. Padahal, harusnya kita patut menghargai apapun hasil karya seni yang tlah dibuat, karena pasti di dalamnya ada sebuah pesan yang ingin disampaikan.

Laporan 08 Oktober 2011

Jelang 19 dari titik nol

Berkesenian adalah suatu hal yang menyenangkan. Dapat menghargai nilai-nilai sebuah proses kreatif. Dimana lingkungan masyarakat dan sekitarnya hanya melihat hasil akhir, tidak mengenal (proses kreatif) serba instant seperti indomie, kopi susu instant, dan sebagainya. Kegelisahan dalam berkarya adalah tantangan. Belajar memahami sesuatu yang tidak umum, penuh gejolak, nilai menilai, yang semua itu harus dilewati dengan jiwa besar. Dalam setiap pergelaran pameran tunggal maupun bersama, mempunyai arti masing-masing. Pameran tunggal menjadi ajang pembuktian diri lewat karya cipta. Tidak selalu berkata kosong. Berani mengambil keputusan, tegas, disiplin, berwawasan luas, sangatlah diperlukan disini.
Tanpa terasa, sudah 18 tahun aku berkecimpung di dunia kesenian. Dalam pameran tunggal ini, mengapa aku beri nama jelang 19 dari titik nol adalah suatu penggambaran akan perjalananku yang hampir memasuki tahun ke 19. Dalam artian luas, aku melakukan berbandingan luar dalam, keseimbangan kanan kiri, kontemplasi, perenungan, untuk melihat sejauh mana aku melangkah dari titik awal ini.
Itulah beberapa penggalan yang disampaikan oleh Yaqub Elka dalam pameran tunggal yang diselenggarakan di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki pada tanggal 4-13 Oktober 2011. Dalam pameran tunggalnya ini, Yakub ingin menyampaikan apapun yang dirasakannya tentang kota, dunia politik, ekonomi, cinta, masyarakat sekitar dan semua hal lain dalam bentuk karya lukis serta ingin tetap menunjukkan eksistensi nya di dalam dunia kesenian. Pameran ini merupakan pameran tunggal yang ke 14, dan sedikitnya ada sekitar 70 karya yang dipamerkan disini. Pameran ini berlangsung sekitar 10 hari dan terbuka untuk umum.

Laporan 04 Oktober 2011 part 2

L4 Lupus
Ditengah perfilman Indonesia yang kini lebih cenderung ke horor seksualitas, Damien Dematra Production hadir di tengah-tengah perfilman dengan menyajikan satu suguhan baru yang cukup menggebrak. Dengan mengangkat tema Lupus, film yang juga di tulis dalam novel ini berhasil mendapatkan rekor dari MURI dan Royal World Records Inggris. Dalam pembuatan film semi dokumenter ini, Damien merangkap sebagai sutradara sekaligus produser, penulis naskah, penata musik, dan posisi lainnya. Kurang lebih ada 14 jabatan yang dikerjakannya sendiri.
Damien mengangkat tema ini sesaat ketika mendengar sambutan Menteri Kesehatan RI pada saat peringatan Hari Lupus Sedunia yang jatuh pada tanggal 7 Mei 2011 lalu di Taman Menteng. Dalam sambutannya tersebut, disebutkan 1.5 juta orang Indonesia yang terkena penyakit Lupus, namun hanya satu persen orang yang sadar bahwa dia terkena penyakit ini. Kurangnya kewaspadaan dan kesadaran akan bahaya Lupus menjadi inspirasi Damien dalam menggarap film kemanusiaan ini. Tujuannya agar masyarakat Indonesia lebih peduli dan waspada, khususnya perempuan agar lebih berhati-hati lagi. Penyakit Lupus bisa menyerang siapa saja tanpa disadari sehingga dijuluki sebagai penyakit seribu wajah. Penyakit ini lebih mudah diatasi apabila terdeteksi lebih dini, sehingga menjadi penting film ini dapat ditonton oleh masyarakat luas.
Film L4 Lupus ini atau Love For Lupus menceritakan tentang perjalanan hidup seorang gadis cantik bernama Atikah yang berprofesi sebagai Dokter. Atikah hidup berdua dengan Mutiara, adiknya yang cacat. Tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, dan tidak bisa berbicara namun hanya mampu merasakan hadirnya orang di sebelahnya. Karena alasan inilah Atikah menjadi seorang dokter, karena ia ingin mengobati adiknya yang sakit. Sampai pada suatu hari keadaan merubah segalanya. Mutiara atau yang akrab disapa oleh Dokter Atikah Mumut tiba-tiba harus berhadapan dengan penyakit Lupus. Mumut yang tidak mampu bertahan melawan penyakitnya ini, akhirnya meninggal dunia setelah mengalami kejang-kejang yang cukup parah. Dokter Atikah frustasi, tidak sanggup menerima kenyataan bahwa adik kesayangannya telah tiada. Sebagai pelampiasan untuk melupakan rasa kehilangannya yang mendalam, Dokter Atikah bekerja tak kenal waktu. Sampai suatu ketika kondisi fisiknya mulai melemah dan setelah di diagnosa positif mengidap penyakit Lupus.
Adalah Dokter Adam. Dokter pindahan dari Manado yang diam-diam mengaggumi Dokter Atikah. Dokter Adam sangat perhatian dan peduli sekali dengan keadaan Dokter Atikah. Rela berkorban dan selalu menyemangati Dokter Atikah agar kuat dan bertahan melawan penyakitnya. Dalam keadaan seperti ini, Dokter Atikah berusaha untuk menjauhkan diri dari Dokter Adam. Karena ia tak ingin cinta Dokter Adam yang terlalu dalam kepada dirinya akan kandas begitu penyakit Lupus tersebut perlahan menggerogoti sel-sel imunitas dan akhirnya merenggut nyawanya. Namun cinta Dokter Adam yang terlalu kuat kepada dirinya mampu melumpuhkan benteng kokoh yang telah dibangun. Dokter Adam tak henti memberikan semangat hidup hingga kondisi Dokter Atikah membaik. Dokter Adam pun akhirnya melamar Dokter Atikah, mereka pun akhirnya menikah dan dikaruniai seorang gadis kecil yang diberi nama Mumut.
Ganasnya penyakit Lupus yang ada di tubuh Dokter Atikah ternyata membuat ketahanan tubuhnya tak berlangsung lama. Nyawanya pun tak berhasil diselamatkan. Kepergian Dokter Atikah membuat suami dan anaknya merasa kehilangan yang teramat mendalam. Dan pada akhirnya mereka mampu mengikhlaskan kepergian Dokter Atikah.
Film semi dokumenter yang terinspirasi dari kisah-kisah nyata para penderita Lupus ini berdurasi kurang lebih dua jam ini dibintangi oleh artis-artis pendatang baru seperti Virda Anggraini sebagai Dokter Atikah, Natasha Dematra sebagai Mutiara, Lucky Moniaga sebagai Dokter Adam. Ada pula artis-artis yang sudah cukup dikenal ikut main dalam film ini, Ayu Azhari sebagai Dokter Cakra, Anna Tarigan sebagai suster Carmelia, Irul Luthan sebagai Prof. Agung. Didukung pula oleh Ketua Yayasan Lupus Indonesia serta anak laki-laki nya yang juga terkena Lupus dan para ODAPUS (sebutan untuk para penderita Lupus) ikut bermain dalam film ini. Pembuatan film ini menghabiskan waktu sekitar satu minggu dan total biaya dibawah satu Milyar. Lokasi diambil di daerah Jawa Barat dan Jakarta. 

Laporan 04 Oktober 2011

OPERA LAKI_LAKI SEJATI

Denting yang berbunyi dari balik piano seolah menggetarkan dinding-dinding di ruangan itu. Para penonton yang hadir dibuat kagum dengan suguhan musik yang mampu membuat bulu roma bangkit. Satu lagi karya emas yang dihasilkan oleh Ananda Sukarlan dalam mini konsernya yang bertajuk World Premiere Opera Laki-laki Sejati yang di adaptasi dari cerpen berjudulkan sama karya Bapak Cerpen Indonesia, Putu Wijaya. Dengan dihadiri puluhan penggemar Ananda Sukarlan, mini konser ini diselenggarakan pada hari Kamis, 29 September 2011 pukul 19.30 bertempat di Erasmuis Huis Kuningan Jakarta-Selatan.

Dalam mini konsernya kali ini, Ananda mencoba membuat sebuah opera komedi bertemakan Laki-laki Sejati dan dibantu oleh seorang soprano dan mezzo soprano. Sebelum opera ini dimulai, pada babak pertama Ananda memainkan beberapa karya piano virtuosiknya, dan juga mengiringi pemenang TPAS kategori Male Voice, Adi Nugroho dalam memperdanakan karya yang sangat revolusioner: retweeting @aanmansyur, sebuah karya untuk vokal dan piano berdasarkan puisi-puisi twitter dari penyair terkemuka dari Makassar tersebut. 

Dalam mini opera komedi ini, Ananda dibantu oleh kemampuan vokal dan akting yang luar biasa dari Evelyn Merrelita sebagai soprano dan Indah Pristanti sebagai mezzo soprano. Keduanya patut diacungi jempol karena kepiawaiannya di atas panggung, ketika opera berakhir tepuk tangan riuh pecah seketika oleh penonton. Mini opera komedi ini menyajikan sentuhan yang luar biasa, perpaduan antara dentingan piano dan lakon yang dipentaskan membuat opera ini tidak membosankan. Dikemas secara menarik dan sangat pantas jika pentas ini diberikan penghargaan lebih.

Laporan 23 September 2011

Ayu-ayunan, Abort, Mencari Harmoni

Setiap perempuan, pasti ingin tampil cantik dan sempurna di mata siapa saja yang melihatnya. Banyak cara yang dilakukan, hanya ingin memperbaiki penampilan. Seperti layaknya mannequin yang dipajang di setiap etalase toko, setiap perempuan ingin selalu menjadi pusat perhatian dari setiap mata yang memandang.

Seorang perempuan mungil, naik ke atas sebuah kubik yang telah di siapkan di atas pentas. Diam dan kaku. Sejumlah perempuan lain yang berlalu lalang lewat sembari memperhatikannya. Mereka terkekeh dan saling berseru satu sama lain. Beginilah yang dilakukan seorang perempuan di atas kubik tersebut jika tiba-tiba ada orang berlalu lalang. Tetapi jika keadaan sepi, perempuan tersebut melemaskan otot-ototnya yang pegal selama ia harus berdiri kaku di atas kubik.

Ayu-ayunan, yang dalam bahasa Jawa berarti Cantik yang terlalu cantik, yang artinya lagi perempuan ingin selalu terlihat cantik mempesona. Terkadang, kecantikan diperoleh dengan paksaan yang malah akan terlihat ganjil dan tidak alamiah. Setiap saat adalah pertunjukan dan setiap posisi adalah pose. Inilah kritik yang disampaikan Dwi Windarti, koreografer muda asal Surakarta yang akrab disapa Winda ini dalam pertunjukan perdana nya di Teater Salihara, Kamis 22 September 2011. Acara ini berlangsung selama satu setengah jam untuk ketiga jenis tari yang dipentaskan. Dalam pertunjukannya kali ini, Winda menampilkan tiga tarian. Dua diantaranya merupakan tugas Ujian tengah semester dan tugas akhir di Institut Seni Surakarta. Kedua karya ini juga telah dipentaskan sebelumnya di Taman Budaya Jawa-Tengah pada tahun 2008.  Sementara Mencari Harmoni tercipta atas bantuan hibah seni dari Yayasan Kelola kategori Karya Inovatif tahun 2010.

Abort, mengangkat permasalahan seputar aborsi yang kerap  kali dilakukan oleh para perempuan yang terdesak oleh keadaan. Karya Abort ini merupakan penggambaran dari berbagai keresahan, pikiran serta beban emosional dan mental yang dialami seorang remaja putri yang baru saja melakukan aborsi. Dampak dari perbuatan ini tentunya membahayakan kesehatan si perempuan tersebut, juga dapat mengganggu psikologisnya. Ia akan mendapat perlawanan keras dari lingkungan tempat ia tinggal, jika terbukti hamil di luar nikah dan nekat melakukan aborsi. Tetapi di satu sisi, janganlah memandang ia sebelah mata. Apa yang dilakukan, pasti di dasari oleh suatu alasan yang memaksanya untuk mengambil pilihan tersebut. Melalui karya ini Winda seakan mengajak penonton untuk merenung dan tidak serta merta melihat tindak aborsi dari kacamata hitam atau putih.

Mencari Harmoni, mungkin bisa dilihat sebagai karya dari perempuan muda yang lebih matang dan dewasa. Tidak lagi seorang siswa sebuah Institusi Pendidikan Seni, melainkan seorang istri dan ibu, tanpa meninggalkan profesi sebagai seorang penari. Dalam masa transisinya tersebut, Winda melahirkan karya yang mencerminkan tahapan baru dalam hidup, menyelaraskan segala bentuk perbedaan, menyeimbangkan beragam aspek dalam hidupnya. Terlihat jelas dalam karyanya ini yang tergambar dari judulnya, merupakan jenis karya yang melibatkan peran aktif berbagai pihak dari bidang yang berbeda; seperti Bejeou Nayaka sebagai videographer, Fatoni sebagai illustrator, Sigit Pratama sebagai penata musik dan Joko Sriyono sebagai penata lampu. Serta penampilan cukup memukau dari para dancer yang berlakon di atas pentas, membuat setiap mata yang melihat, terpana dengan aksi mereka.

Review RISE OF THE PLANET OF THE APES

Rise of the Planet of the Apes

Merupakan film fiksi ilmiah Amerika Serikat yang disutradarai oleh Rupert Wyatt. Rilis di Amerika Serikat, India dan Kanada pada tanggal 05 Agustus 2011 dan bisa dinikmati pada tanggal 13 Agustus 2011 di seluruh bioskop.
Film yang berdurasi 105 menit ini menceritakan tentang seorang ilmuwan farmasi Gen Sys (Rodman) yang mencoba mengembangkan obat untuk penyakit Alzheimer dengan menguji rekayasa genetika pada 12 simpanse. Efek yang terjadi adalah, obat membuat simpanse menjadi secerdas manusia.

Salah satu simpanse betina terpaksa dibinasakan karena dianggap telah mengganggu orang-orang yang berada di dalam Gen Sys. Betina simpanse tersebut mengamuk dan mengacaukan seisi kantor Gen Sys. Setelah betina tersebut mati ditembak, Rodman menemukan bayi simpanse di dalam kamar simpanse tersebut, dan kemudian dibawa pulang untuk dirawat.
Adalah Caesar. Simpanse yang dirawat Rodman selama 5 tahun, yang telah berubah menjadi simpanse secerdas manusia berkat obat yang dibuat Rodman. Rodman mulai menyuntikkan obat tersebut kepada Ayahnya yang ternyata menderita penyakit Alzhemeir. Perlahan memang sangat membantu membuat kondisi Charles, ayah Rodman membaik, namun beberapa tahun kemudian penyakit Charles kembali datang. Hal tersebut memaksa Charles untuk berbuat brutal dan kemudian mengacaukan ketenangan tetangga sebelah rumah. Disinilah Caesar bermaksud melindungi Charles, namun polisi datang dan menyuruh Caesar agar di bawa ke tempat penampungan simpanse.
Di dalam penampungan, Caesar dan simpanse lainnya diperlakukan secara tidak wajar. Mereka kerap disakiti oleh anak pengurus penampungan. Mereka terpaksa makan makanan yang tidak enak dan kalau melawan, mereka akan disetrum. Caesar marah, Caesar ingin kembali ke rumah Rodman. Namun surat pengadilan belum keluar yang artinya Caesar belum bisa dibawa pulang.

Di sisi lain, Rodman kembali membuat obat baru yang lebih kuat untuk merawat ayahnya kembali. Dan telah diuji kepada simpanse, kerja obat ini jauh lebih kuat dibanding obat sebelumnya. Menimbulkan reaksi kecerdasan yang tinggi kepada simpanse yang disuntikkan obat ini.
Akhirnya Rodman tau, kalau Caesar dan para simpanse lainnya sering diperlakukan tidak baik oleh pengurus primate tersebut. Dengan menyerahkan beberapa lembaran uang, Rodman memohon untuk segera membawa pulang Caesar. Akan tetapi Caesar tidak ingin pulang. Ia sudah terlanjur marah oleh Rodman. Rodman sedih begitu melihat perubahan drastis pada Caesar. Dengan hati sedih, Rodman pulang tanpa bisa membawa Caesar. Dibalik semua itu, ternyata Caesar mempunyai sebuah misi rahasia untuk melawan para ilmuwan Gen Sys yang selalu menggunakan para simpanse untuk dijadikan percobaan atas obat yang telah dibuat. Dengan kecerdasan yang dimiliki para simpanse yang telah diberikan obat, mereka bersama-sama mengacaukan kota dan membentuk perlawanan keras terhadap Gen Sys.

Film ini dibintangi oleh James Franco, Freida Pinto, John Lithgow, Brian Cox, Tom Felton, David Oyelowo, Tyler Labine, Andy Serkis, Chelah Horsdal, David Helwet, Jamie Harris, Richard Riddings, Karin Konoval. Syuting film ini dimulai pada Juni 2010 di British Columbia. Tidak seperti film-film simpanse pada umumnya, film yang diproduksi oleh Peter Chernin ini ditulis oleh Rick Jaffa dan Amanda Perak, serta menghabiskan biaya sekitar $ 93.000.000. Menggunakan studio 20tg Century Fox mengambil efek visual dengan menggunakan penciptaan simpanse digital oleh teknologi Weta Digital. Music dalam film ini dikomposisikan oleh Patrick Doyle dan dilakukan di Studio Symphoni Holywood.

Review GET MARRIED 3

Get Married 3

Setelah sukses dengan film Get Married dan Get Married 2, Get Married 3 hadir kembali sebagai lanjutan dari dua sekuel sebelumnya. Film yang disutradarai oleh Monty Tiwa ini berhasil membuat penonton tergelak tawa. Namun masih ada beberapa adegan yang terlihat membosankan.

Sekilas kembali mengingat kedua film sebelumnya, Get Married yang menceritakan pertemuan Mae dan Rendy, saat itu diperankan oleh Nirina Zubir dan Richard Kevin, kemudian setelah itu berlanjut ke Get Married 2 yang menceritakan pernikahan mereka, yang ternyata terdapat pergantian pemain, Rendy di sekuel ini diperankan oleh Nino Fernandez.

Lalu di sekuel ketiga ini, Mae yang diperankan tetap oleh Nirina Zubir dan Rendy diperankan oleh Fedi Nuril menceritakan tentang kehidupan rumah tangga Mae-Rendy setelah mereka dikarunia tiga orang anak.  Semenjak Mae dan Rendy memiliki anak-anak, mereka memutuskan untuk menjadi keluarga kecil yang mandiri dan bebas dari orangtua serta sahabat-sahabat mereka yang melulu menimbulkan keonaran. Ternyata, tidak lama setelah melahirkan, Mae mengalami baby blues yang membuat Mae menjadi moody dan emosional. Rendy sadar bahwa dalam kondisi seperti sekarang ini, Mae justru membutuhkan support yang besar dari orang-orang terdekatnya, tetapi Mae terlalu gengsi untuk meminta tolong. Akhirnya, Rendy membujuk Guntoro, Beni, dan Eman untuk diam-diam membantu Mae.

Mae yang sudah mengenal baik tabiat para sahabatnya tentu saja langsung bisa membongkar rencana Guntoro, Beni, dan Eman. Mae tapi tidak tahu kalau mereka diminta bantuan oleh Rendy, dan oleh karena itu berusaha menyembunyikan fakta kalau para sahabatnya sudah ikut terlibat dalam merawat anak-anak mereka dari Rendy. Sialnya, Babe dan Bu Mardi memergoki kalau para sahabat boleh bermain bersama anak-anak. Mereka pun menuntut bagian. Begitu pula dengan Mama Rendy dan Sophie. Alhasil, keluarga besar Mae dan Rendy pun kembali ikut campur dalam merawat anak-anak Mae dan Rendy.

Rendy semula senang melihat Mae sembuh dari baby blues. Namun, ia lama-lama menyadari dari semua orang, justru dirinyalah yang paling tidak cocok merawat bayi. Anak-anak lebih memilih bersama Guntoro, Beni, Eman, dan bahkan Babe daripada dirinya. Rendy pun merasa perannya sebagai ayah dan suami tersisihkan. Karena itu, ia mendatangkan Nyai, nenek Mae dari Arab untuk tinggal bersama mereka. Dengan harapan, Nyai yang selalu bentrok dengan Babe bisa membuat orang-orang tidak terlalu sering datang ke rumah.

Kedatangan Nyai bukannya membuat Rendy beruntung, tapi malah semakin sial. Babe yang tidak tahan dirongrong Nyai, minggat dari rumah. Bu Mardi panik karena takut menjanda. Rendy sendiri musti menerima nasib Babe menetap di kantornya, lengkap dengan peralatan sarung dan ember mandinya. Mae meminta Rendy untuk merukunkan Nyai dengan Babe sehingga Babe bisa pulang ke rumah. Betapa kagetnya Mae, saat tahu kalau Rendy yang berada di belakang kepulangan Nyai. Mae pun marah ke Rendy, karfena ternyata masih menganggap keluarganya sebagai pihak luar. Rendy pun terpaksa keluar dari rumah, menginap di kantor berdua dengan Babe.

Belakangan, Mae mengerti kalau semua tindakan yang Rendy lakukan itu adalah karena Rendy ingin bisa menjadi ayah yang baik buat anak-anaknya. Mae pun meminta bantuan ke para sahabatnya, untuk mengembalikan rasa percaya diri Rendy bahwa ia sudah pantas menjadi ayah.

Film yang berdurasi 95 menit ini diproduksi oleh Starvision dan ditulis oleh Casandra Massardi. Chand Parwez Servia dipercaya untuk menjadi Produser dalam film ini. Mulai rilis tanggal 25 Agusutus 2011, diperankan oleh Nirina Zubir, Fedi Nuril, Amink, Ringgo Agus, Desta Mahendra, Jaja Mihardja, Meriam Belina, Ira Wibowo dan beberapa pemeran pendukung lainnya turut memeriahkan film ini.

Senin, 10 Oktober 2011

Laporan 17 September 2011

ALIMPAIDO
Seni dan budaya yang ada di Indonesia, perlahan memudar. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian dan minat dari setiap orang yang ingin melestarikan kebudayaan mereka masing-masing. Kurangnya kesadaran dan cinta tanah air kerap menimpa masyarakat kita belakangan ini. Tak heran, banyak kaum muda yang terlanjur tidak mengetahui apa kebudayaan mereka. Kecenderungan yang terjadi adalah minimnya peran orang tua, dan juga maraknya pengaruh luar yang lebih kuat dan ternyata begitu cukup menarik perhatian kaum muda masyarakat kita ini.

Untuk itulah Alimpaido diselenggarakan. Kali ini bertempat di Lapangan Tegar Beriman, Cibinong Jawa-Barat. Alimpaido yang dalam bahasa sunda artinya adalah suatu sikap yang mau menerima kekalahan, tidak akan menyalahkan orang lain jika merasa sudah kalah. Alimpaido ini adalah acara olimpiade atau kompetisi di bidang seni dan budaya, yang lebih mengedepankan permainan tradisional dari daerah Jawa Barat.

Adapun permainan tradisional yang dilombakan adalah Rorodaan, engklek, engrang, perepet jengkol, gasing, sumpit, sorodot gaplok, gatrik, kelom batok, bedil jepret, dan jajangkungan. Olimpiade ini diikuti oleh seluruh daerah kota se kabupaten yang ada di Jawa-Barat. Maksud dari terselenggaranya acara ini adalah sebagai salah satu bentuk upaya dalam melestarikan kebudayaan Jawa-Barat agar tidak punah ditelan jaman.

Alimpaido ke tiga ini mendapat respon positif dari masyarakat Jawa-Barat khususnya Bogor. Penonton dan peserta olimpiade bersatu padu memeriahkan dan menyemarakkan acara yang dibuka oleh Bupati Bogor pada hari Sabtu, 17 September 2011 jam 9 pagi ini. Akan tetapi, menurut Bapak Herdiwan selaku Kepala Disparbud Jawa-Barat sangat menyayangkan sekali acara ini. Kurangnya promosi yang dilakukan, membuat banyak orang yang tidak tahu. Beda dengan acara Alimpaido yang diadakan di Bandung, acara Alimpaido tahun ini cenderung lebih sepi. Padahal, dengan promosi yang baik, pastinya akan mendatangkan masyarakat yang lebih banyak lagi dan acara semakin meriah. Dengan dinyalakannya obor, acara festival ini resmi dibuka oleh Bupati Bogor, Rachmat Yasin.

Acara ini dihadiri oleh  para bupati dan walikota se-Jawa Barat yang diwakilkan, Forum Kordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Bogor, Sekretaris Daerah dan jajaran SKPD di lingkungan Kabupaten Bogor, perwakilan dari Kementrian Dalam Negeri dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata se-Jawa Barat. Hadir pula Puteri Pariwisata Jawa-Barat, para kontestan Mojang Jajaka, dan penonton lain yang sebagian besar adalah masyarakat kota Bogor.     
                                                                                                                                                                                                                             
Diharapkan dengan adanya acara ini, masyarakat khususnya kaum muda dapat lebih mengenal dan mencintai kembali kebudayaan yang ada di bangsa ini.

Laporan 16 September 2011

KULTURAMA

Saat ini distro dan anak muda tidak bisa dipisahkan, lalu bagaimana awal mula terbentuknya bisnis pakaian ini?

Tidak bisa dipungkiri distro itu berawal dari Bandung ya, sejak 1996 sudah mulai ramai bisnis clothing ini. Mulai saat itu orang orang lagi ramai ramainya pakai merek luar negeri, seperti billabong, roxy, ripcurl dan lain sebagainya, kemudian ada sebagian orang yang liat kenapa kita gak buat merek lokal yang kualitasnya juga gak kalah bagus sama merek luar, akhirnya kita bertiga sama adik buat Bloops ini. Sekitar tahun 2003 Bloops mulai hadir. Saat itu di Jakarta masih sangat jarang distro distro seperti ini. Dulu pernah ada distro pertama di daerah Blok M, sekitar tahun 2000an tapi sekarang sudah tidak ada. Untuk itulah Bloops hadir di lokasi ini karena awalnya kita melihat prospek yang cukup bagus. Dulu sekitar tahun 2003an di lokasi ini hanya ada sekolah, tempat les dan salon, jadi kita pikir kenapa enggak ada distro disini, cukup strategis. Dengan menggaet target utama anak muda dan kita berharap mereka bisa ber enterpreneur sejak usia dini.

Apakah bisnis ini merupakan bisnis pribadi atau gabungan dengan grup lain?

Kebetulan memang ini usaha keluarga ya. Aku Martin, adik aku Berto lalu adik aku satunya lagi Widya Sari. Aku yang pegang kreatifnya, Berto lebih ke Marketing dan Widya ke bagian promosi.

Untuk desain produk, apakah menyewa desainer khusus atau menaruh kepercayaan pada orang terdekat?

Awalnya dulu kita bertiga itu mendesain sendiri sekaligus jaga tokonya. Sampe kita nawarin ke temen juga mau gak jaga toko, tetangga tetangga, trus baru lah kita buka lowongan. Dulu sebelum disini kita ada diPondok Kelapa, kecil banget tokonya sampai pada akhirnya kita pindah disini. Disana cuma 3 bulanan. Modal awal bekisar 18 jutaan, dan orang juga belum mau join karena kita berdiri masih baru banget. Jadi kita lebih sering bolak balik Bandung buat beli produk sampai penjualan bagus kemudian orang orang percaya dan akhirnnya mau gabung dengan taro produk mereka disini.

Modal awal untuk berbisnis pakaian ini dari orang tua atau pribadi?

Kebetulan dulu masih kuliah, nah aku sempet kerja di kapal pesiar dan uangnya aku pake buat modal buka usaha ini. Ditambah lagi dengan pinjaman dari orang tua yang cukup membantu, kita anggep itu pinjaman yang harus diganti dan bukan cuma cuma.

Bagaimana perkembangan Bloop Endorse dari awal berdiri sampai saat ini?

Tahun 2003 itu grafiknya naik sampai pada puncaknya tahun 2009. Tapi tahun 2010 semenjak ada pasar bebas penjualan menurun. Untungnya pada saat lebaran 2011 kemarin penjualan kita kembali meningkat. Kita gak kalah saing sama produk china, dengan peningkatan tersebut berarti kita masih bisa menunjukan eksistensi di bidang usaha ini.

Apa keunggulan distro ini dibanding dengan produk lain?

Desain dan promosinya. Kita membuat suatu trend yang beda beda. Jadi misalkan tempat lain masih dengan trend yang itu itu aja, kita udah berani buat trend baru. Disini kita lebih sering menyesuaikan dengan tema. Apa isu sosial yang sedang terjadi, tapi yang gak serius serius banget juga. Misalkan timnas, sea games, champions ya semacam itulah.

Lalu produk apa saja yang dijual?

Semua yang dibutuhkan dalam berbusana ya. Dari atas sampai bawah kita ada semua. Mulai dari baju, celana, sampai aksesorisnya.

Kenapa ada Urbie? Apa yang membuat Urbie beda dari Bloops dan Endorse?

Kalau Bloops itu lebih cheerful gayanya, kemudian Endorse lebih elegant dan Urbie itu di desain lebih ke anak anak urban yang sedang mencari jati diri. Anak anak yang mau tampil beda. Hanya target market sih yang membedakan. Memang kita disini juga menyediakan produk kids and baby, cuma hanya saat saat tertentu aja. Nah untuk yang reguler tetap ada seperti biasa. Gak cuma itu, ada juga pakaian formal untuk kerja, pakaian panjang untuk yang berkerudung, pokoknya kita disini ingin memberikan atau menyajikan semua yang dibutuhkan konsumen. Ukuran usia kisaran 16-25 tahun. Kebetulan juga 400 suplier kita disini anak muda semua. Jadi kita bangga bisa gerakin anak muda untuk menghasilkan sesuatu, gak hanya sekedar berfoya foya tetapi bisa mencari uang.

Cara Bloop Endorse menarik minat anak muda seperti apa?

Kita disini ada promosi yang bekerja sama dengan blogger, yaitu Dian Rika Sari yang menjadi trend setter dan mempunyai banyak pengikut di blog. Jadi ini sangat membantu kita untuk promosi. Selain itu kita juga kerjasama dengan artis artis seperti Widi 'Vierra', Badai 'kerispatih', Doni 'ada band', Pevita Pearch juga RAN dan masih banyak lagi yang lainnya. Kemudian kita juga baru saja punya radio, Be U Radio yang bertempat di Endorse sebelah Mustang. Penyiarnya juga anak muda, customer yang kita pilih dan dapatlah 12 orang.

Siapa pesaing terberat dan bagaimana menghadapinya?

Mungkin distro distro Bandung ya. Tapi yang ada di sekitaran kanan kiri sini juga menjadi kompetitor yang harus diperhatikan. Awalnya sempet kuatir ya, dengan adanya kompetitor baru, dengan awal nya Bloops itu kan masih sendiri di daerah ini hingga sekarang ada sekitar 12 distro yang hadir. Tapi akhirnya aku percaya kalau konsumen itu punya selera dan kepercayaan pada suatu brand yang dipercayainya. Jadi selama kita masih mempertahankan ciri yang kita punya, ya gak usah khawatir. Ternyata memang setiap orang punya kecintaan masing masing.

Bagaimana cara mengamati perkembangan gaya anak muda yang cenderung idealis dalam berpakaian?

Dulu sempat ada Duta Urbie. Tapi kayaknya sekarang mau dibuat lagi. Jadi setia sekolah itu ada perwakilan satu atau dua orang yang mencermati perkembangan gaya anak jaman sekarang dan diinfokan ke kiita disini.

Apa kendala terberat yang terjadi?

Saat ini kendala terberat itu pembajakan ya. Baru satu minggu kita keluarin produk eh gak taunya, udah ada di tempat lain. Selama mereka gak mengganggu si yaudah gitu, mau tempuh jalur hukum juga takutnya malah keluar banyak biaya. Lagipula saat ini kita lihat kalau gak dibajak ya bearti gak laku, gak keren aja, bearti kita masih eksis. Hehehe. Dan solusinya ya kita harus lebih kreatif lagi dalam mendesain produk.

Lalu, bagaimana Anda melihat anak muda jaman sekarang dengan maraknya distro yang menyebar, apakah mereka membuktikan eksistensi nya di bidang budaya atau hanya sebagai bentuk penolakan terhadap produk asing?

Bisa dua duanya ya. Tapi yang aku liat anak muda jaman sekarang juga banyak yang kreatif, banyak yang kuliah sembari kerja, jadi mereka bisa menghasilkan juga. Kemaren kita sempet buka untuk anak magang, kemudian mereka mulai coba buat desain dan di titip disini. Itu menunjukkan kalau mereka berbakat.

Suka duka dari awal berbisnis ini apa?
Naik turunnya grafik penjualan aja sih, dan seharusnya Pemerintah lebih bisa memudahkan izin usaha, karna ini juga kan untuk memperbaiki perekonomian juga kreatifitas anak muda. Positif kok.

Lalu, apa arti dari nama Bloops, Endorse, dan Urbie?

Kalau Urbie seperti yang aku bilang tadi, ini untuk anak anak Urban (newbie), kalau Bloop itu artinya kan gelembung gelembung air, air yang matang diharapkan bisa siap dan matang untuk menjalankan usaha ini. Karena sebelumnya kita pernah bisnis dan gagal, nah diharap Bloop ini tidak seperti itu. Nah kalau Endorse itu artinya gini, sebelumnya Bloop itu kan sering mengendorse artis, jadilah kita buat Endorse. Urutan nya itu Bloop, De Jons (burger), Endorse, Ginyo (resto) yang terakhir Urbie.

Kenapa tertarik berbisnis ini?

Karena awalnya aku suka desain baju, trus aku jual dan laku. Jaman SMA lah, Berto juga semangat banget promosiinnya. Begitulah awalnya kenapa tertarik dengan bisnis ini.

Apa strategi yang dipakai?

Promosi ke radio, majalah, kebetulan kita kerjasama dengan Go girl ya, kemudian lewat media sosial seperti twitter.

Berapa jumlah karyawan yang ada?

Untuk keseluruhan ada seratus orangan lah. Awalnya hanya kita bertiga, jaga toko sekalian, pada akhirnya berkembang.

Laporan 02 September 2011 part 2

LAPORAN PENUGASAN

Rubrik            :           KULTURAMA
Masalah          :           Pergerakan Kebudayaan Anak Muda Indonesia Kini
Angle              :           Bagaimana geliat anak muda Indonesia kini di sektor kebudayaan?
Narasumber   :           Erry Anwar
Oleh                :           Winda Destiana

Maraknya distro yang tersebar saat ini, apakah menunjukkan eksistensi anak muda dalam hal berbudaya atau malah perlawanan terhadap merk global?
Pada pikiran saya, anak muda jaman sekarang itu, mereka cenderung bermain di permukaan tanpa diselami lebih dalam. Nah yang terjadi saat ini apa yang dibuat oleh mereka tidak luas seperti yang saya harapkan. Mereka tidak tajam dan tidak dalam, dan memang bukan salah mereka. Pada jaman saya dulu, orang akan menjadi cukup mampu atau fokus pada satu hal atau persoalan ketika tidak ada gangguan. Sekarang ini gangguan sangat banyak. Berkembang apa yang disebut dengan pendekatan multitasking. Multi tasking itu ketika mereka sedang berkarya, kemudian laptop menyala, tape menyala, music hingar binger, handphone yang terus berdering, pokoknya segala hal yang mengganggu tersebut dapat menyebabkan fokus hilang dan proses konsentrasi berkurang. Logikanya sudah seperti itu. Dulu, teman-teman yang saya ajarkan sekitar 15-20 tahun silam, mudah diajak diskusi kalau kita sedang latihan. Kebetulan saya kan mengajar teater ya, diskusi-diskusi ya tentang topik-topik teater. Nah yang sekarang terjadi malah jauh berbeda. Kemarin, saat film Black Swan menang awards, saya bilang kepada mereka, tonton filmnya, dua minggu lagi kita akan diskusi membahas masalah ini. Mengapa film ini bisa menang dan apa kelebihannya. Setelah dua minggu kemudian, saya tanya mereka dan ternyata mereka belum nonton. Ada beberapa yang sudah, tetapi angkatan yang lebih tua, bukan mereka sebagai anak muda. Kalau sudah seperti ini berarti diskusi tidak bisa dimulai. Menurut saya, ketertarikan anak muda jaman sekarang cenderung pada gadget, pada infotainment, juga lingkungan menjadi faktor mereka jadi seperti ini. Malas, minat untuk bekerja keras itu cenderung menurun. Mereka tidak berusaha untuk mencari tahu apa yang mereka tidak ketahui. Juga ditambah lagi kurangnya perhatian dari orang tua.

Apakah anak muda jaman sekarang cukup produktif atau hanya menjadi konsumen?
Sebagian besar tetap menjadi konsumen. Tetapi produktif dan atraktif juga ada. Jadi anak muda jaman sekarang mencari informasi sangat mudah ya, tinggal searching dari handphone. Tiba-tiba ada diskusi apa, mereka gak tau, langsung cari di internet, banyak informasi disana. Akan tetapi banyak juga anak muda yang sudah tidak tau apa-apa, tetapi tidak berusaha cari tahu dan mau tahu. Banyak juga yang seperti itu sekarang ini. Masa bodoh, tidak ada daya jelajah, rasa ingin tahu berkurang. Inilah yang terjadi pada bangsa kita sekarang. Satu sisi banyak juga anak muda yang cerdas, memenangi lomba ilmu pengetahuan, satu sisi juga masih banyak anak muda yang harus diperhatikan.

Kalau melihat kenyataan, banyak anak muda yang tidak tahu kebudayaan mereka masing-masing, siapa yang harus disalahkan?
Pertama pemerintah ya, berkali-kali kita ganti Pemerintahan, tetapi belum ada gagasan yang dapat merubah bangsa ini. Apalagi sekarang ya, pemerintah makin tidak punya arah dan tujuan mau seperti apa bangsa kita ini. Yang kedua peran orang tua juga. Karena pendidikan orang tuanya tidak setinggi yang kita harapkan.

Laporan 02 September 2011

LAPORAN PENUGASAN

Rubrik            :           KULTURAMA
Masalah          :           Pergerakan Kebudayaan Anak Muda Indonesia Kini
Angle              :           Bagaimana geliat anak muda Indonesia kini di sektor kebudayaan?
Narasumber   :           Ray Bachtiar Drajad
Oleh                :           Winda Destiana

Maraknya distro yang tersebar saat ini, apakah menunjukkan eksistensi anak muda dalam hal berbudaya atau malah perlawanan terhadap merk global?
Buat saya sih, gak masalah ya. Itu kan anak muda, mereka kan punya kreasi masing-masing. Jadi ya gak ada persoalan. Masih untunglah ada yang mau bergerak.

Melihat kenyataan, banyak anak muda yang tidak tahu kebudayaan mereka masing-masing, siapa yang harus disalahkan?
Kalau disebut salah itu ya orang tuanya ya. Itu pasti. Karena ada peribahasa yang mengatakan garam tidak akan pernah menetes ke atas, pasti ke bawah. Nah jadi, yang terjadi sekarang ini pasti kelakuan orang tua nya terdahulu. Mereka tidak diperkenalkan budaya masing-masing. Kebanyakan dari anak muda malah mengenal Naruto, tanpa tahu kebudayaan sendiri. Keliatannya budaya kita juga memang rendah. Yang lebih berbudaya justru negara luar, apalagi promosi kebudayaannya juga hebat. Akhirnya anak-anak muda ikut ke yang kuat. Untuk itulah saya membuat komunitas lubang jarum ini. Mengenalkan kepada anak-anak muda bagaimana memotret dengan kaleng bekas, kardus bekas yang hanya dilubangi jarum. Antusiasnya cukup lumayan.