CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 11 Oktober 2011

Laporan 23 September 2011

Ayu-ayunan, Abort, Mencari Harmoni

Setiap perempuan, pasti ingin tampil cantik dan sempurna di mata siapa saja yang melihatnya. Banyak cara yang dilakukan, hanya ingin memperbaiki penampilan. Seperti layaknya mannequin yang dipajang di setiap etalase toko, setiap perempuan ingin selalu menjadi pusat perhatian dari setiap mata yang memandang.

Seorang perempuan mungil, naik ke atas sebuah kubik yang telah di siapkan di atas pentas. Diam dan kaku. Sejumlah perempuan lain yang berlalu lalang lewat sembari memperhatikannya. Mereka terkekeh dan saling berseru satu sama lain. Beginilah yang dilakukan seorang perempuan di atas kubik tersebut jika tiba-tiba ada orang berlalu lalang. Tetapi jika keadaan sepi, perempuan tersebut melemaskan otot-ototnya yang pegal selama ia harus berdiri kaku di atas kubik.

Ayu-ayunan, yang dalam bahasa Jawa berarti Cantik yang terlalu cantik, yang artinya lagi perempuan ingin selalu terlihat cantik mempesona. Terkadang, kecantikan diperoleh dengan paksaan yang malah akan terlihat ganjil dan tidak alamiah. Setiap saat adalah pertunjukan dan setiap posisi adalah pose. Inilah kritik yang disampaikan Dwi Windarti, koreografer muda asal Surakarta yang akrab disapa Winda ini dalam pertunjukan perdana nya di Teater Salihara, Kamis 22 September 2011. Acara ini berlangsung selama satu setengah jam untuk ketiga jenis tari yang dipentaskan. Dalam pertunjukannya kali ini, Winda menampilkan tiga tarian. Dua diantaranya merupakan tugas Ujian tengah semester dan tugas akhir di Institut Seni Surakarta. Kedua karya ini juga telah dipentaskan sebelumnya di Taman Budaya Jawa-Tengah pada tahun 2008.  Sementara Mencari Harmoni tercipta atas bantuan hibah seni dari Yayasan Kelola kategori Karya Inovatif tahun 2010.

Abort, mengangkat permasalahan seputar aborsi yang kerap  kali dilakukan oleh para perempuan yang terdesak oleh keadaan. Karya Abort ini merupakan penggambaran dari berbagai keresahan, pikiran serta beban emosional dan mental yang dialami seorang remaja putri yang baru saja melakukan aborsi. Dampak dari perbuatan ini tentunya membahayakan kesehatan si perempuan tersebut, juga dapat mengganggu psikologisnya. Ia akan mendapat perlawanan keras dari lingkungan tempat ia tinggal, jika terbukti hamil di luar nikah dan nekat melakukan aborsi. Tetapi di satu sisi, janganlah memandang ia sebelah mata. Apa yang dilakukan, pasti di dasari oleh suatu alasan yang memaksanya untuk mengambil pilihan tersebut. Melalui karya ini Winda seakan mengajak penonton untuk merenung dan tidak serta merta melihat tindak aborsi dari kacamata hitam atau putih.

Mencari Harmoni, mungkin bisa dilihat sebagai karya dari perempuan muda yang lebih matang dan dewasa. Tidak lagi seorang siswa sebuah Institusi Pendidikan Seni, melainkan seorang istri dan ibu, tanpa meninggalkan profesi sebagai seorang penari. Dalam masa transisinya tersebut, Winda melahirkan karya yang mencerminkan tahapan baru dalam hidup, menyelaraskan segala bentuk perbedaan, menyeimbangkan beragam aspek dalam hidupnya. Terlihat jelas dalam karyanya ini yang tergambar dari judulnya, merupakan jenis karya yang melibatkan peran aktif berbagai pihak dari bidang yang berbeda; seperti Bejeou Nayaka sebagai videographer, Fatoni sebagai illustrator, Sigit Pratama sebagai penata musik dan Joko Sriyono sebagai penata lampu. Serta penampilan cukup memukau dari para dancer yang berlakon di atas pentas, membuat setiap mata yang melihat, terpana dengan aksi mereka.

0 komentar:

Posting Komentar