CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 23 Agustus 2011

LAPORAN 12 Juli 2011


Dampak penghematan anggaran terhadap krisis Yunani dan Eropa

Kamis pekan silam parlemen Yunani merestui paket penghematan besar-besaran agar negara tersebut tetap dapat membayar hutang yang jumlahnya tidak sedikit. Kendati usulan penghematan itu didorong pemerintah, tak seluruh rakyat Yunani menyetujuinya. Alasannya cukup kuat, penghematan berarti kian pudarnya proyek-proyek pemerintah yang artinya mempersempit lapangan pekerjaan.
Lalu bagaimana pendapat Aviliani selaku Komisaris Independen BRI sekaligus peneliti INDEF menyikapi permasalahan krisis yang sedang melanda negara Eropa khususnya Yunani ini? Berikut petikan wawancara dengan beliau, Selasa 12 Juli 2011 bertempat di ruang kantornya yang terletak di Jalan Erlangga V no 06, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Seperti apa, pandangan Anda melihat persoalan krisis yang menimpa Yunani ini?
Yunani itu kan negara Eropa pada umumnya, memang mempunyai masalah dengan jumlah penduduk usia terkecil semakin tinggi, yaitu 70%. Lalu, karena dia punya sistem Jaminan Sosial sehingga yang 70% ini harus dikepung oleh 30% yang produktif. Makanya, Indonesia pun harus hati-hati dengan sistem seperti ini. Ada masa nya dimana masyarakat di saat tertentu akan seperti Eropa saat ini. Kebijakan ini cenderung ditujukan untuk membayar hutang mereka, yang pastinya mengorbankan rakyat. Seharusnya mereka melakukan pemotongan hutang, karena kalau hal ini tidak dilakukan, akan menjadi problem juga. Menurut saya, itu akan terjadi bukan hanya di Yunani, tetapi hampir di semua negara Eropa kecuali Jerman. Jerman selalu disiplin, selalu hati-hati sehingga tidak akan terjadi dampak yang negatif. Memang masalah ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu setahun dua tahun. Untuk menyelesaikan masalah ini butuh waktu yang lama. Mereka harus membangun strategi baru. Bagaimana misalnya mereka menggerakkan tenaga-tenaga kerja baru dari luar. Karena kalau itu tidak dilakukan, akan menjadi beban besar di negara tersebut.

Memang, separah apa menurut Anda perekonomian yang terjadi di Yunani saat ini?
Satu, karena masalah hutang tadi. Hutangnya itu kan tidak pernah diprediksi sebelumnya akan menjadi besar seperti sekarang ini. Indonesia pun harus hati-hati, karena kita kan defisit terus yah! Kalau hal tersebut tidak dibayar, akan terjadi jatuh tempo terus menerus. Ada saatnya kita akan mengalami masalah, kalau tidak bisa mengcover pinjaman. Maka seharusnya, pinjaman harus lebih diprioritaskan untuk aktifitas ekonomi sehingga tidak selalu menimbulkan pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Untuk itu di Indonesia, khususnya di daerah-daerah dilarang untuk mengeluarkan obligasi. Karena dampaknya nanti akan seperti Yunani sekarang ini.

Dampak dari penghematan anggaran Yunani ini seperti apa menurut Anda?
Hal ini akan berdampak pada konsumsi masyarakat. Karena kan dia mau bayar hutang, berarti nanti akan ada masyarakat yang di PHK. Yunani termasuk negara maju yang sektor-sektor uang cukup tinggi tadinya. Begitu buble nya pecah, untuk recovery kan menjadi lamban. Persoalannya adalah sekarang kalau investor mau kesana, pasti jadi takut donk!

Apakah bantuan dari Uni Eropa dan IMF tidak dapat membantu Yunani keluar dari krisis ini?
Kalau mau menolong, awalnya pun harus dilihat dulu. Apakah ketika ditolong mereka cepat merecovery apa tidak?! Kalau lamban, ya akan menimbulkan masalah baru nantinya. IMF pun saat ini dari segi keuangan juga sedang bermasalah. Walaupun mereka baru mengganti Gubernur sekalipun tetap tidak akan menolong. Ditambah lagi keadaan perekonomian AS yang juga tidak stabil.

Apa dampak dari krisis ini bagi Indonesia, menurut Anda?
Kalau menurut saya, dampak untuk Indonesia itu positif ya. Karena sekarang, mau masuk Eropa masalah, masuk AS juga masalah. Saat ini ratingnya adalah China, India baru Indonesia. Kalau untuk China, sudah tentu tidak bisa. Karena mereka sudah over rating. 5 tahun lalu investornya sudah tinggi, dan China sudah kelebihan devisa. Hal tersebut akan berdampak pada penguatan mata uang, sementara China tidak ingin mata uangnya menguat karena hal tersebut akan membuat produk mereka mahal. India pun sama. Jadi sisanya tinggal Indonesia. Kita harus bisa memanfaatkan keadaan ini, jangan diam saja. 4 tahun ke depan adalah era nya Indonesia untuk maju, dan segala program perekonomian yang dicanangkan bisa berjalan baik. Saya harap!

0 komentar:

Posting Komentar