CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 11 Oktober 2011

Laporan 08 Oktober 2011 part 2

10 Tahun Q! Film Festival 2011:
Born This Way!

Q! Film Festival (Q!FF) kembali hadir di Jakarta untuk ke sepuluh kalinya pada tanggal 30 September 8 Oktober 2011. Festival film bertemakan LGBTIQ, Hak Asasi Manusia (HAM) dan HIV/AIDS ini diselengarakan oleh Q-munity, organisasi nirlaba yang bergerak di dunia seni. Awalnya ide festival film ini lahir dari beberapa orang jurnalis freelance pecinta film dimana mereka ingin membuka wacana dan memberi pilihan film non-mainstream (non Hollywood) bagi penggemar film di Indonesia. Ide ini direalisasikan pada tahun 2002 dengan nama Q! Screenings. Berjalan dengan waktu, Q! Screenings berubah menjadi Q! FilmFestival, yang tidak hanya memutar film, tapi juga memberi kesempatan pada seniman untuk berkarya di ajang Q! Exhibition, para penulis untuk bersuara di Q! Literature, nge-gosip hal-hal seru sambil tambah ilmu di Q! Gossip atau kesempatan bertukar pikiran dengan sutradara nasional dan internasional di sesi Q&A pada akhir pemutaran film.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Q!FF 2011 kembali didukung teman-teman setia baik dari kantung seni budaya (Kineforum, Komunitas Salihara, Galeri Foto Jurnalistik Antara), pusat kebudayaan asing (Erasmus Huis, Centre Culturel Francais, Japan Foundation), NGO HAM (Arus Pelangi, Kontras), LBH Jakarta, YLBHI, LBHM, kedutaan besar Kroasia, Komisi Uni Eropa, Komnas HAM, dan Komans Perempuan sampai dukungan individual dari tokoh industri film di Indonesia seperti Nia Dinata, Lola Amaria, Ria Irawan, Lucky Kuswandi, Paul Agusta.
Salah satu film yang diputar adalah 'Goddag Mit Navn Er Lesbisk' disutradarai oleh Iben Haahr Andersen dan Minna Grooss. Film yang diproduksi di Denmark pada tahun 2009 ini menceritakan tentang segala sesuatu kehidupan tentang kaum lesbi di negara Jerman dari tahun ke tahunnya. Bagaimana kehidupan mereka bersama pasangan sejenisnya. Bagaimana seks yang mereka lakukan sampai mereka memiliki anak seperti kehidupan normal pasangan beda jenis. Tentunya, untuk masalah keturunan, mereka harus menempuh cara pendonoran sperma, atau pembuahan sperma yang ditanamkan pada salah satu dari pasangan sejenis tersebut. Bagaimana mereka saling berinteraksi dengan sesama para lesbian lain. Pernikahan mereka pun tetap berjalan seperti layaknya pasangan beda jenis lainnya. Melakukan pemberkatan di gereja, setelah itu berdansa seperti halnya pengantin pada umumnya. 
Selain film tersebut, ada satu film pendek berdurasi sekitar 10 menit berjudul 'How To Make a Heartbeat'. Disutradarai oleh Rick Dillwood dan diproduksi di Amerika pada tahun 2009. Film ini masih mengangkat tentang kehidupan lesbi Amerika Serikat yang ingin mempunyai keturunan. Dengan gamblang mereka mengutarakan niat mereka kepada dokter spesialis kandungan. Usaha yang dilakukan adalah dengan memasukkan tabung sperma kepada rahim dari salah satu pasangan tersebut yang ingin merasakan bagaimana kehamilan itu terjadi. Prosesnya sama seperti wanita yang sedang hamil, menunggu kehamilan selama sembilan bulan baru lah kemudian mereka bisa memiliki keturunan. Meskipun sangat tidak mungkin jika mereka orang tua biologis si janin, akan tetapi masih ada cara lain untuk para pasangan sejenis yang tetap ingin memiliki keturunan.
Meskipun sempat menghadapi respon keras dan ancaman dari kalangan fundamentalis, ekstrimis dan relijius di tahun lalu, Q!FF 2011 tetap akan menghadirkan lebih dari 100 film (Film Feature, Dokumenter dan Short) yang berasal dari kurang lebih 25 negara dari seluruh dunia. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kini Q!FF memiliki dua festival direktur: Meninaputri Wismurti dan Ahmad Hally.
Jika segala sesuatu dipandang dari kacamata yang salah, persepsi pandangan pun akan salah. Namun jika dilihat dari kacamata yang benar, mungkin demo yang terjadi pada tahun lalu di Goethe Institute tidak akan terjadi. Seni dan kebudayaan, tidak bisa selalu diselaraskan dengan agama. FPI menganggap Q!FF ini telah menyebarkan informasi-informasi yang bertentangan dengan islam, seperti memutarkan film berunsur kehidupan para gay dan lesbi. Padahal, harusnya kita patut menghargai apapun hasil karya seni yang tlah dibuat, karena pasti di dalamnya ada sebuah pesan yang ingin disampaikan.

Laporan 08 Oktober 2011

Jelang 19 dari titik nol

Berkesenian adalah suatu hal yang menyenangkan. Dapat menghargai nilai-nilai sebuah proses kreatif. Dimana lingkungan masyarakat dan sekitarnya hanya melihat hasil akhir, tidak mengenal (proses kreatif) serba instant seperti indomie, kopi susu instant, dan sebagainya. Kegelisahan dalam berkarya adalah tantangan. Belajar memahami sesuatu yang tidak umum, penuh gejolak, nilai menilai, yang semua itu harus dilewati dengan jiwa besar. Dalam setiap pergelaran pameran tunggal maupun bersama, mempunyai arti masing-masing. Pameran tunggal menjadi ajang pembuktian diri lewat karya cipta. Tidak selalu berkata kosong. Berani mengambil keputusan, tegas, disiplin, berwawasan luas, sangatlah diperlukan disini.
Tanpa terasa, sudah 18 tahun aku berkecimpung di dunia kesenian. Dalam pameran tunggal ini, mengapa aku beri nama jelang 19 dari titik nol adalah suatu penggambaran akan perjalananku yang hampir memasuki tahun ke 19. Dalam artian luas, aku melakukan berbandingan luar dalam, keseimbangan kanan kiri, kontemplasi, perenungan, untuk melihat sejauh mana aku melangkah dari titik awal ini.
Itulah beberapa penggalan yang disampaikan oleh Yaqub Elka dalam pameran tunggal yang diselenggarakan di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki pada tanggal 4-13 Oktober 2011. Dalam pameran tunggalnya ini, Yakub ingin menyampaikan apapun yang dirasakannya tentang kota, dunia politik, ekonomi, cinta, masyarakat sekitar dan semua hal lain dalam bentuk karya lukis serta ingin tetap menunjukkan eksistensi nya di dalam dunia kesenian. Pameran ini merupakan pameran tunggal yang ke 14, dan sedikitnya ada sekitar 70 karya yang dipamerkan disini. Pameran ini berlangsung sekitar 10 hari dan terbuka untuk umum.

Laporan 04 Oktober 2011 part 2

L4 Lupus
Ditengah perfilman Indonesia yang kini lebih cenderung ke horor seksualitas, Damien Dematra Production hadir di tengah-tengah perfilman dengan menyajikan satu suguhan baru yang cukup menggebrak. Dengan mengangkat tema Lupus, film yang juga di tulis dalam novel ini berhasil mendapatkan rekor dari MURI dan Royal World Records Inggris. Dalam pembuatan film semi dokumenter ini, Damien merangkap sebagai sutradara sekaligus produser, penulis naskah, penata musik, dan posisi lainnya. Kurang lebih ada 14 jabatan yang dikerjakannya sendiri.
Damien mengangkat tema ini sesaat ketika mendengar sambutan Menteri Kesehatan RI pada saat peringatan Hari Lupus Sedunia yang jatuh pada tanggal 7 Mei 2011 lalu di Taman Menteng. Dalam sambutannya tersebut, disebutkan 1.5 juta orang Indonesia yang terkena penyakit Lupus, namun hanya satu persen orang yang sadar bahwa dia terkena penyakit ini. Kurangnya kewaspadaan dan kesadaran akan bahaya Lupus menjadi inspirasi Damien dalam menggarap film kemanusiaan ini. Tujuannya agar masyarakat Indonesia lebih peduli dan waspada, khususnya perempuan agar lebih berhati-hati lagi. Penyakit Lupus bisa menyerang siapa saja tanpa disadari sehingga dijuluki sebagai penyakit seribu wajah. Penyakit ini lebih mudah diatasi apabila terdeteksi lebih dini, sehingga menjadi penting film ini dapat ditonton oleh masyarakat luas.
Film L4 Lupus ini atau Love For Lupus menceritakan tentang perjalanan hidup seorang gadis cantik bernama Atikah yang berprofesi sebagai Dokter. Atikah hidup berdua dengan Mutiara, adiknya yang cacat. Tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, dan tidak bisa berbicara namun hanya mampu merasakan hadirnya orang di sebelahnya. Karena alasan inilah Atikah menjadi seorang dokter, karena ia ingin mengobati adiknya yang sakit. Sampai pada suatu hari keadaan merubah segalanya. Mutiara atau yang akrab disapa oleh Dokter Atikah Mumut tiba-tiba harus berhadapan dengan penyakit Lupus. Mumut yang tidak mampu bertahan melawan penyakitnya ini, akhirnya meninggal dunia setelah mengalami kejang-kejang yang cukup parah. Dokter Atikah frustasi, tidak sanggup menerima kenyataan bahwa adik kesayangannya telah tiada. Sebagai pelampiasan untuk melupakan rasa kehilangannya yang mendalam, Dokter Atikah bekerja tak kenal waktu. Sampai suatu ketika kondisi fisiknya mulai melemah dan setelah di diagnosa positif mengidap penyakit Lupus.
Adalah Dokter Adam. Dokter pindahan dari Manado yang diam-diam mengaggumi Dokter Atikah. Dokter Adam sangat perhatian dan peduli sekali dengan keadaan Dokter Atikah. Rela berkorban dan selalu menyemangati Dokter Atikah agar kuat dan bertahan melawan penyakitnya. Dalam keadaan seperti ini, Dokter Atikah berusaha untuk menjauhkan diri dari Dokter Adam. Karena ia tak ingin cinta Dokter Adam yang terlalu dalam kepada dirinya akan kandas begitu penyakit Lupus tersebut perlahan menggerogoti sel-sel imunitas dan akhirnya merenggut nyawanya. Namun cinta Dokter Adam yang terlalu kuat kepada dirinya mampu melumpuhkan benteng kokoh yang telah dibangun. Dokter Adam tak henti memberikan semangat hidup hingga kondisi Dokter Atikah membaik. Dokter Adam pun akhirnya melamar Dokter Atikah, mereka pun akhirnya menikah dan dikaruniai seorang gadis kecil yang diberi nama Mumut.
Ganasnya penyakit Lupus yang ada di tubuh Dokter Atikah ternyata membuat ketahanan tubuhnya tak berlangsung lama. Nyawanya pun tak berhasil diselamatkan. Kepergian Dokter Atikah membuat suami dan anaknya merasa kehilangan yang teramat mendalam. Dan pada akhirnya mereka mampu mengikhlaskan kepergian Dokter Atikah.
Film semi dokumenter yang terinspirasi dari kisah-kisah nyata para penderita Lupus ini berdurasi kurang lebih dua jam ini dibintangi oleh artis-artis pendatang baru seperti Virda Anggraini sebagai Dokter Atikah, Natasha Dematra sebagai Mutiara, Lucky Moniaga sebagai Dokter Adam. Ada pula artis-artis yang sudah cukup dikenal ikut main dalam film ini, Ayu Azhari sebagai Dokter Cakra, Anna Tarigan sebagai suster Carmelia, Irul Luthan sebagai Prof. Agung. Didukung pula oleh Ketua Yayasan Lupus Indonesia serta anak laki-laki nya yang juga terkena Lupus dan para ODAPUS (sebutan untuk para penderita Lupus) ikut bermain dalam film ini. Pembuatan film ini menghabiskan waktu sekitar satu minggu dan total biaya dibawah satu Milyar. Lokasi diambil di daerah Jawa Barat dan Jakarta. 

Laporan 04 Oktober 2011

OPERA LAKI_LAKI SEJATI

Denting yang berbunyi dari balik piano seolah menggetarkan dinding-dinding di ruangan itu. Para penonton yang hadir dibuat kagum dengan suguhan musik yang mampu membuat bulu roma bangkit. Satu lagi karya emas yang dihasilkan oleh Ananda Sukarlan dalam mini konsernya yang bertajuk World Premiere Opera Laki-laki Sejati yang di adaptasi dari cerpen berjudulkan sama karya Bapak Cerpen Indonesia, Putu Wijaya. Dengan dihadiri puluhan penggemar Ananda Sukarlan, mini konser ini diselenggarakan pada hari Kamis, 29 September 2011 pukul 19.30 bertempat di Erasmuis Huis Kuningan Jakarta-Selatan.

Dalam mini konsernya kali ini, Ananda mencoba membuat sebuah opera komedi bertemakan Laki-laki Sejati dan dibantu oleh seorang soprano dan mezzo soprano. Sebelum opera ini dimulai, pada babak pertama Ananda memainkan beberapa karya piano virtuosiknya, dan juga mengiringi pemenang TPAS kategori Male Voice, Adi Nugroho dalam memperdanakan karya yang sangat revolusioner: retweeting @aanmansyur, sebuah karya untuk vokal dan piano berdasarkan puisi-puisi twitter dari penyair terkemuka dari Makassar tersebut. 

Dalam mini opera komedi ini, Ananda dibantu oleh kemampuan vokal dan akting yang luar biasa dari Evelyn Merrelita sebagai soprano dan Indah Pristanti sebagai mezzo soprano. Keduanya patut diacungi jempol karena kepiawaiannya di atas panggung, ketika opera berakhir tepuk tangan riuh pecah seketika oleh penonton. Mini opera komedi ini menyajikan sentuhan yang luar biasa, perpaduan antara dentingan piano dan lakon yang dipentaskan membuat opera ini tidak membosankan. Dikemas secara menarik dan sangat pantas jika pentas ini diberikan penghargaan lebih.

Laporan 23 September 2011

Ayu-ayunan, Abort, Mencari Harmoni

Setiap perempuan, pasti ingin tampil cantik dan sempurna di mata siapa saja yang melihatnya. Banyak cara yang dilakukan, hanya ingin memperbaiki penampilan. Seperti layaknya mannequin yang dipajang di setiap etalase toko, setiap perempuan ingin selalu menjadi pusat perhatian dari setiap mata yang memandang.

Seorang perempuan mungil, naik ke atas sebuah kubik yang telah di siapkan di atas pentas. Diam dan kaku. Sejumlah perempuan lain yang berlalu lalang lewat sembari memperhatikannya. Mereka terkekeh dan saling berseru satu sama lain. Beginilah yang dilakukan seorang perempuan di atas kubik tersebut jika tiba-tiba ada orang berlalu lalang. Tetapi jika keadaan sepi, perempuan tersebut melemaskan otot-ototnya yang pegal selama ia harus berdiri kaku di atas kubik.

Ayu-ayunan, yang dalam bahasa Jawa berarti Cantik yang terlalu cantik, yang artinya lagi perempuan ingin selalu terlihat cantik mempesona. Terkadang, kecantikan diperoleh dengan paksaan yang malah akan terlihat ganjil dan tidak alamiah. Setiap saat adalah pertunjukan dan setiap posisi adalah pose. Inilah kritik yang disampaikan Dwi Windarti, koreografer muda asal Surakarta yang akrab disapa Winda ini dalam pertunjukan perdana nya di Teater Salihara, Kamis 22 September 2011. Acara ini berlangsung selama satu setengah jam untuk ketiga jenis tari yang dipentaskan. Dalam pertunjukannya kali ini, Winda menampilkan tiga tarian. Dua diantaranya merupakan tugas Ujian tengah semester dan tugas akhir di Institut Seni Surakarta. Kedua karya ini juga telah dipentaskan sebelumnya di Taman Budaya Jawa-Tengah pada tahun 2008.  Sementara Mencari Harmoni tercipta atas bantuan hibah seni dari Yayasan Kelola kategori Karya Inovatif tahun 2010.

Abort, mengangkat permasalahan seputar aborsi yang kerap  kali dilakukan oleh para perempuan yang terdesak oleh keadaan. Karya Abort ini merupakan penggambaran dari berbagai keresahan, pikiran serta beban emosional dan mental yang dialami seorang remaja putri yang baru saja melakukan aborsi. Dampak dari perbuatan ini tentunya membahayakan kesehatan si perempuan tersebut, juga dapat mengganggu psikologisnya. Ia akan mendapat perlawanan keras dari lingkungan tempat ia tinggal, jika terbukti hamil di luar nikah dan nekat melakukan aborsi. Tetapi di satu sisi, janganlah memandang ia sebelah mata. Apa yang dilakukan, pasti di dasari oleh suatu alasan yang memaksanya untuk mengambil pilihan tersebut. Melalui karya ini Winda seakan mengajak penonton untuk merenung dan tidak serta merta melihat tindak aborsi dari kacamata hitam atau putih.

Mencari Harmoni, mungkin bisa dilihat sebagai karya dari perempuan muda yang lebih matang dan dewasa. Tidak lagi seorang siswa sebuah Institusi Pendidikan Seni, melainkan seorang istri dan ibu, tanpa meninggalkan profesi sebagai seorang penari. Dalam masa transisinya tersebut, Winda melahirkan karya yang mencerminkan tahapan baru dalam hidup, menyelaraskan segala bentuk perbedaan, menyeimbangkan beragam aspek dalam hidupnya. Terlihat jelas dalam karyanya ini yang tergambar dari judulnya, merupakan jenis karya yang melibatkan peran aktif berbagai pihak dari bidang yang berbeda; seperti Bejeou Nayaka sebagai videographer, Fatoni sebagai illustrator, Sigit Pratama sebagai penata musik dan Joko Sriyono sebagai penata lampu. Serta penampilan cukup memukau dari para dancer yang berlakon di atas pentas, membuat setiap mata yang melihat, terpana dengan aksi mereka.

Review RISE OF THE PLANET OF THE APES

Rise of the Planet of the Apes

Merupakan film fiksi ilmiah Amerika Serikat yang disutradarai oleh Rupert Wyatt. Rilis di Amerika Serikat, India dan Kanada pada tanggal 05 Agustus 2011 dan bisa dinikmati pada tanggal 13 Agustus 2011 di seluruh bioskop.
Film yang berdurasi 105 menit ini menceritakan tentang seorang ilmuwan farmasi Gen Sys (Rodman) yang mencoba mengembangkan obat untuk penyakit Alzheimer dengan menguji rekayasa genetika pada 12 simpanse. Efek yang terjadi adalah, obat membuat simpanse menjadi secerdas manusia.

Salah satu simpanse betina terpaksa dibinasakan karena dianggap telah mengganggu orang-orang yang berada di dalam Gen Sys. Betina simpanse tersebut mengamuk dan mengacaukan seisi kantor Gen Sys. Setelah betina tersebut mati ditembak, Rodman menemukan bayi simpanse di dalam kamar simpanse tersebut, dan kemudian dibawa pulang untuk dirawat.
Adalah Caesar. Simpanse yang dirawat Rodman selama 5 tahun, yang telah berubah menjadi simpanse secerdas manusia berkat obat yang dibuat Rodman. Rodman mulai menyuntikkan obat tersebut kepada Ayahnya yang ternyata menderita penyakit Alzhemeir. Perlahan memang sangat membantu membuat kondisi Charles, ayah Rodman membaik, namun beberapa tahun kemudian penyakit Charles kembali datang. Hal tersebut memaksa Charles untuk berbuat brutal dan kemudian mengacaukan ketenangan tetangga sebelah rumah. Disinilah Caesar bermaksud melindungi Charles, namun polisi datang dan menyuruh Caesar agar di bawa ke tempat penampungan simpanse.
Di dalam penampungan, Caesar dan simpanse lainnya diperlakukan secara tidak wajar. Mereka kerap disakiti oleh anak pengurus penampungan. Mereka terpaksa makan makanan yang tidak enak dan kalau melawan, mereka akan disetrum. Caesar marah, Caesar ingin kembali ke rumah Rodman. Namun surat pengadilan belum keluar yang artinya Caesar belum bisa dibawa pulang.

Di sisi lain, Rodman kembali membuat obat baru yang lebih kuat untuk merawat ayahnya kembali. Dan telah diuji kepada simpanse, kerja obat ini jauh lebih kuat dibanding obat sebelumnya. Menimbulkan reaksi kecerdasan yang tinggi kepada simpanse yang disuntikkan obat ini.
Akhirnya Rodman tau, kalau Caesar dan para simpanse lainnya sering diperlakukan tidak baik oleh pengurus primate tersebut. Dengan menyerahkan beberapa lembaran uang, Rodman memohon untuk segera membawa pulang Caesar. Akan tetapi Caesar tidak ingin pulang. Ia sudah terlanjur marah oleh Rodman. Rodman sedih begitu melihat perubahan drastis pada Caesar. Dengan hati sedih, Rodman pulang tanpa bisa membawa Caesar. Dibalik semua itu, ternyata Caesar mempunyai sebuah misi rahasia untuk melawan para ilmuwan Gen Sys yang selalu menggunakan para simpanse untuk dijadikan percobaan atas obat yang telah dibuat. Dengan kecerdasan yang dimiliki para simpanse yang telah diberikan obat, mereka bersama-sama mengacaukan kota dan membentuk perlawanan keras terhadap Gen Sys.

Film ini dibintangi oleh James Franco, Freida Pinto, John Lithgow, Brian Cox, Tom Felton, David Oyelowo, Tyler Labine, Andy Serkis, Chelah Horsdal, David Helwet, Jamie Harris, Richard Riddings, Karin Konoval. Syuting film ini dimulai pada Juni 2010 di British Columbia. Tidak seperti film-film simpanse pada umumnya, film yang diproduksi oleh Peter Chernin ini ditulis oleh Rick Jaffa dan Amanda Perak, serta menghabiskan biaya sekitar $ 93.000.000. Menggunakan studio 20tg Century Fox mengambil efek visual dengan menggunakan penciptaan simpanse digital oleh teknologi Weta Digital. Music dalam film ini dikomposisikan oleh Patrick Doyle dan dilakukan di Studio Symphoni Holywood.

Review GET MARRIED 3

Get Married 3

Setelah sukses dengan film Get Married dan Get Married 2, Get Married 3 hadir kembali sebagai lanjutan dari dua sekuel sebelumnya. Film yang disutradarai oleh Monty Tiwa ini berhasil membuat penonton tergelak tawa. Namun masih ada beberapa adegan yang terlihat membosankan.

Sekilas kembali mengingat kedua film sebelumnya, Get Married yang menceritakan pertemuan Mae dan Rendy, saat itu diperankan oleh Nirina Zubir dan Richard Kevin, kemudian setelah itu berlanjut ke Get Married 2 yang menceritakan pernikahan mereka, yang ternyata terdapat pergantian pemain, Rendy di sekuel ini diperankan oleh Nino Fernandez.

Lalu di sekuel ketiga ini, Mae yang diperankan tetap oleh Nirina Zubir dan Rendy diperankan oleh Fedi Nuril menceritakan tentang kehidupan rumah tangga Mae-Rendy setelah mereka dikarunia tiga orang anak.  Semenjak Mae dan Rendy memiliki anak-anak, mereka memutuskan untuk menjadi keluarga kecil yang mandiri dan bebas dari orangtua serta sahabat-sahabat mereka yang melulu menimbulkan keonaran. Ternyata, tidak lama setelah melahirkan, Mae mengalami baby blues yang membuat Mae menjadi moody dan emosional. Rendy sadar bahwa dalam kondisi seperti sekarang ini, Mae justru membutuhkan support yang besar dari orang-orang terdekatnya, tetapi Mae terlalu gengsi untuk meminta tolong. Akhirnya, Rendy membujuk Guntoro, Beni, dan Eman untuk diam-diam membantu Mae.

Mae yang sudah mengenal baik tabiat para sahabatnya tentu saja langsung bisa membongkar rencana Guntoro, Beni, dan Eman. Mae tapi tidak tahu kalau mereka diminta bantuan oleh Rendy, dan oleh karena itu berusaha menyembunyikan fakta kalau para sahabatnya sudah ikut terlibat dalam merawat anak-anak mereka dari Rendy. Sialnya, Babe dan Bu Mardi memergoki kalau para sahabat boleh bermain bersama anak-anak. Mereka pun menuntut bagian. Begitu pula dengan Mama Rendy dan Sophie. Alhasil, keluarga besar Mae dan Rendy pun kembali ikut campur dalam merawat anak-anak Mae dan Rendy.

Rendy semula senang melihat Mae sembuh dari baby blues. Namun, ia lama-lama menyadari dari semua orang, justru dirinyalah yang paling tidak cocok merawat bayi. Anak-anak lebih memilih bersama Guntoro, Beni, Eman, dan bahkan Babe daripada dirinya. Rendy pun merasa perannya sebagai ayah dan suami tersisihkan. Karena itu, ia mendatangkan Nyai, nenek Mae dari Arab untuk tinggal bersama mereka. Dengan harapan, Nyai yang selalu bentrok dengan Babe bisa membuat orang-orang tidak terlalu sering datang ke rumah.

Kedatangan Nyai bukannya membuat Rendy beruntung, tapi malah semakin sial. Babe yang tidak tahan dirongrong Nyai, minggat dari rumah. Bu Mardi panik karena takut menjanda. Rendy sendiri musti menerima nasib Babe menetap di kantornya, lengkap dengan peralatan sarung dan ember mandinya. Mae meminta Rendy untuk merukunkan Nyai dengan Babe sehingga Babe bisa pulang ke rumah. Betapa kagetnya Mae, saat tahu kalau Rendy yang berada di belakang kepulangan Nyai. Mae pun marah ke Rendy, karfena ternyata masih menganggap keluarganya sebagai pihak luar. Rendy pun terpaksa keluar dari rumah, menginap di kantor berdua dengan Babe.

Belakangan, Mae mengerti kalau semua tindakan yang Rendy lakukan itu adalah karena Rendy ingin bisa menjadi ayah yang baik buat anak-anaknya. Mae pun meminta bantuan ke para sahabatnya, untuk mengembalikan rasa percaya diri Rendy bahwa ia sudah pantas menjadi ayah.

Film yang berdurasi 95 menit ini diproduksi oleh Starvision dan ditulis oleh Casandra Massardi. Chand Parwez Servia dipercaya untuk menjadi Produser dalam film ini. Mulai rilis tanggal 25 Agusutus 2011, diperankan oleh Nirina Zubir, Fedi Nuril, Amink, Ringgo Agus, Desta Mahendra, Jaja Mihardja, Meriam Belina, Ira Wibowo dan beberapa pemeran pendukung lainnya turut memeriahkan film ini.